Saturday, December 18, 2010

SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA/JARAK JAUH UNTUK PEMBERDAYAAN WARGA BELAJAR ( APLIKASI TIK DALAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH)


BAB I
PENDAHULUAN

Tuntutan atas peran strategis pendidikan sebagai suatu pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk mewujudkan tujuan nasional khususnya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa telah mendorong tumbuhnya berbagai inovasi dalam sistem pendidikan.
Pembaharuan pendidikan tidak mungkin lagi dilakukan dengan cara-cara  yang lama, seperti membangun gedung dan mengangkat guru baru. Masalah yang dihadapi dalam pendidikan saat ini, tidak mungkin dipecahkan dengan menggunakan pendekatan masa lalu.
Kondisi negara Indonesia yang unik, serta perubahan besar yang terjadi dalam lingkungan global mengharuskan kita untuk mengembangkan sistem pendidikan yang lebih terbuka, lebih luwes, dan dapat diakses oleh siapa saja yang memerlukan tanpa memandang usia, jender, suku, kondisi sosial-ekonomi maupun pengalaman pendidikan sebelumnya. Sistem tersebut selain memperluas kesempatan pendidikan, juga harus berfungsi meningkatkan mutu pendidikan secara merata, meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan, dan meningkatkan efisiensi dalam penyelanggaraan pendidikan. Sistem pendidikan tersebut adalah sistem pendidikan terbuka/jarak jauh adalah suatu model pembelajaran yang membebaskan siswa untuk dapat belajar tanpa terikat oleh ruang dan waktu dengan sesedikit mungkin bantuan dari orang lain. Pada pendidikan terbuka/ jarak jauh,kontak langsung antara guru dan siswa sangat minim. Proses belajar mengajar dilakukan dengan perantaraan media yang saat ini sebagian besar dalam bentuk media cetak yang dirancang khusus. Kontak langsung dalam proses belajar mengajar jarak jauh merupakan kegiatan tutorial yang digunakan untuk mengatasi kesulitan materi-materi pembelajaran yang disampaikan melalui media benar-benar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. LATAR BELAKANG PENERAPAN SISTEM PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH
1.Alasan filosofis
          Setiap orang mempunyai hak memperoleh kesempatan belajar tanpa membedakan apapun jenis kelaminnya, dimanapun ia berada,  bagaimanapun tingkat sosial ekonomisnya, maupun umur dan lain-lain. Kendala pemerataan kesempatan pendidikan harus disikapi pemerintah dengan cara mencari sistem pendidikan yang tepat yang dapat melayani setiap warga. Setiap belajar jarak jauh merupakan sistem yang cocok untuk memberikan kesempatan yang sama kepada setiap orang untuk mendapatkan pendidikan. Dengan sistem ini siapa saja yang karena berbagai kendala tidak dapat mengikuti pendidikan dilembaga-lembaga pendidikan konvesional, dapat melanjutkan pendidikannya.
2.Alasan geografis
          Penyelenggaraan pendidikan konvensional memerlukan pembangunan gedung-gedung sekolah atau pusat-pusat pendidikan dan pelatihan ditempat-tempat yang penduduknya padat. Penyelenggaraan pendidikan konvensional dilaksanakan setiap hari dengan jadwal yang ketat siswa yang mengikuti pendidikan harus datang kesekolah sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
          Bagi mereka yang tinggal di kota, pergi kesekolah tidaklah menjadi masalah karena sekolah umumnya dekat dengan tempat tinggal mereka. Namun bagi mereka yang tinggal di pedesaan, apalagi daerah yang terpencil, pergi kesekolah merupakan suatu yang sulit dilakukan. Lebih-lebih bagi mereka yang tinggal didaerah perbukitan,dikelilingi hutan,dipisahkan oleh sungai-sungai yang besar,atau dipulau-pulau kecil yang jarang penduduknya. Kondisi seperti ini banyak ditemukan di Indonesia terutama kawasan Timur Indonesia. Untuk dapat bersekolah yang umumnya jauh dari tempat tinggal, memrlukan waktu,tenaga dan biaya yang cukup besar. Bagi mereka yang mengalami kendala geografis seperti ini pendidikan yang jarak jauh merupakan suatu alternatif yang cukup menjanjikan.
3.Alasan sosial ekonomis
          Banyak sekali orang yang tidak dapat mengikuti pendidikan disekolah konvensional karena kendala sosial ekonomis. Bagi mereka untuk datang kesekolah merupakan suatu kemewahan. Walaupun andaikata mereka tidak harus membayar,untuk mengikuti pendidikan, tetap saja mereka tidak dapat mengikutinya karena masih ada biaya-biaya lain yang harus dibayar, misalnya biaya transportasi, pakaian, jalat-alat tulis,buku, dan lain-lain. Kondisi seperti ini banyak mengakibatkan anak-anak tidak dapat mengikuti pendidikan tinglat dasar sekalipun. Keadaan seperti ini diperparah oleh krisis ekonomi berkepanjangan sejak pertengahan tahun 1997.
          Untuk mengatasi hal ini sistem pendidikan jarak jauh merupakan jawaban yang menjanjikan dengan sistem ini anak yang tidak dapat mengikuti sekolah reguler tetap dapat mengikuti pendidikan.
4.Alasan kesempatan belajar
          Banyak anak yang karena kondisi sosial ekonomis tidak dapat masuk sekolah karena tidak punya kesempatan untuk itu mereka harus bekerja mencari nafkah orangtuanya, seperti bekerja disawah, membantu berjualan dipasar,menjadi buruh dipabrik dan lain-lain. Sekolah konvensional yang mengharuskan siswa datang setiap hari kesekolah menutup kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan. Untuk anak-anak yang tidak mempunyai kesempatan seperti ini, pendidikan jarak jauh dapat membantu. Mereka tetap dapat bersekolah tanpa harus meninggalkan tempat tinggal atau tempat bekerja, dan sambil tetap bekerja membantu orangtua mencari nafkah.
5.Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi
          Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi, atau sekarang lebih populer dengan istilah Telematika, juga mendorong berkembangnya pendidikan jarak jauh. Perkembangan berbagai aplikasi komputer dan media digital menjanjikan kemudahan bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Perkembangan teknologi internet misalnya, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siapa saja, kapan saja, dan darimana saja, untuk mengakses informasi dengan cepat. Kemudahan-kemudahan yang diberikan oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informasi ini juga mendorong perkembangan pendidikan jarak jauh. Kita juga sudah mulai mengenal istilah e-learning, teleedukasi,virtual classroom,virtual campus,dan lain-lain.
B.HAKEKAT PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH
Pada hakekatnya pendidikan merupakan suatu proses pembentukan kepribadian dan peningkatan kemampuan melalui berbagai kegiatan pengembangan dan pembelajaran. Dengan demikian peserta didik atau warga belajar mampu membangun kehidupan pribadi dan keluarga berdasarkan norma-norma budaya dan agama yang diterima dan ditumbuhkembangkan oleh masyarakat dan bangsa, serta peraturan perundang-undangan yang disahkan oleh negara.
          Norma- norma tersebut mencerminkan pola kehidupan masyarakat madani, yaitu masyarakat yang cerdas, demokratis, religius, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Untuk mewujudkan norma-norma  kehidupan yang demikian diperlukan sistem pendidikan yang menerapkan prinsip pendidikan yang berlangsung sepanjang hayat, memberdayakan peserta didik atau warga belajar yang sesuai dengan kondisi lingkungannya, tidak birokratis, dan efisien.
1.Pendidikan Sepanjang Hayat
          Pendidikan sepanjang hayat merupakan salah satu bentuk hak asasi manusia, yaitu bahwa setiap manusia mulai dari kandungan hingga liang lahat berhak untuk memperoleh apa yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan dirinya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Sistem pendidikan sepanjang hayat bersifat terbuka dan menjamin kebebasan setiap peserta didik atau warga belajar untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kebutuhan, kondisi dan karakteristiknya secara bekelanjutan sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing.
2.Pemberdayaan Peserta Didik/Warga Belajar
          Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh berusaha memberdayakan peserta didik atau warga belajar dengan memperhatikan kepentingan, kondisi dan karakteristik mereka, diselenggarakan dengan berbagai pola pilihan kegiatan pembelajaran, digunakannya berbagai sumber belajar, serta dengan strategi organisasi, penyajian dan pengelolaan yang luwes.
3. Pemberdayaan Lembaga Pendidikan
          Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dirancang untuk melayani peserta didik atau warga belajar dalam jumlah yang besar dengan latar belakang pendidikan, usia, dan motivasi yang beragam, bertempat tinggal dalam wilayah yang tersebar luas, dan mempunyai waktu yang terbatas, untuk melakukan komunikasi tatap muka. Untuk mengatasi batasan jarak, tempat dan waktu dalam proses pembelajaran,  sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh perlu diselenggarakan oleh lembga pendidikan yang secara khusus diberdayakan untuk keperluan itu. Bilamana kondisi dan fasilitas memungkinkan, maka penyelenggaraan sitem pendidikan terbuka atau jarak jauh ini didukung dengan sistem oprasional yang berbasis teknologi komunikasi dan informasi.
C.PRINSIP-PRINSIP PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH
        1. Prinsip Kemandirian
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang memungkinkan dapat dipelajari secara independent learning, pebelajar dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya sendiri, dari mulai pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan. Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh pebelajar. Bahan-bahan pelajaran yang disediakan berupa paket-paket yang dapat dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh pembimbing atau tutorial dan ujian yang dirancang dengan pendekatan belajar tuntas. Pebelajar belajar dengan mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan dengan tutor yang bersangkutan.
2. Prinsip Keluwesan
Prinsip ini diwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik untuk memulai, mencari sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian dan mengakhiri pendidikannya di luar ketentuan waktu dan tahun ajaran. Dikatakan luwes, pebelajar dimungkinkan untuk berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan non-formal atau sebaliknya dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
3. Prinsip Keterkinian
Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya program pembelajaran yang pada saat ini diperlukan (just-in-time). Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan dan pelatihan konvensional yang program atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk mengantisipasi keperluan masa mendatang (just-in-case). Kecepatan untuk memperoleh informasi yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan bebas.
4. Prinsip Kesesuaian
Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar yang terkait langsung dengan kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Sumber belajar tersebut bobotnya harus setara dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam bentuk yang sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain. Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang pebelajar.
5. Prinsip Mobilitas
Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi pebelajar untuk berpindah lokasi, jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6. Prinsip Efisiensi
Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam sumber daya dan teknologi yang tersedia seoptimal mungkin. Pemberdayaan segala sumber disekeliling pebelajar akan membantu pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak mungkin, sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya.
D.PERKEMBANGAN PENDIDIKAN TERBUKA JARAK JAUH
        Perkembangan dibidang teknologi komunikasi dan informasi ikut mewarnai perkembangan teknologi pembelajaran termasuk teknologi pembelajaran jarak jauh. Sampai dengan tahun 60-an, teknologi yang digunakan hanya bahan belajar tercetak. Pada tahun 70-an ketika teknologi siaran baik radio maupun televisi sudah memasyarakat, teknologi ini juga dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan. Seiring dengan perkembangan dibidang komputer, pada tahun 80-an mulai diperkenalkan pembelajaran berbasis komputer baik dengan media floppy disk maupun CD ROM. Memasuki tahun 90-an ketika internet sudah mulai meluas penggunaannya   internet juga dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Demikian pula halnya dengan audio maupun video conferencing untuk pembelajaran mulai dikenal. Pada sistem belajar jarak jauh, aplikasi teknologi komunikasi dan informasi seperti radio, televisi, telepon, dan sarana telekomunikasi lainnya digunakan untuk menjembatani siswa dengan guru maupun instruktur. Dengan menggunakan teknologi, bahan belajar dapat disimpan dan diakses dengan mudah kapan saja ia dibutuhkan. Teknologi ini bahkan kemudian merubah pola pembelajaran menjadi sepenuhnya berada dibawah kontrol siswa/ peserta didik. Siswa kemudian dapat dengan mudah mengakses materi pembelajaran yang dibutuhkannya, dimana saja dan kapan saja.
          Chute dari Lucent Technology mengelompokan teknologi untuk pembelajaran ini atas tiga model ( Hasan, 2001 ) . ketiga model tersebut adalah sebagai berikut.
  1.  Model 1 Classroom Learning. Cirinya siswa belajar bersama-sama dalam ruangan dan waktu yang sama. Teknologi yang digunakan dalam model ini adalah rekaman suara, grafis, cetak, video dan komputer.
  2. Model 2 Distance Learning ( Synchronous). Cirinya,siswa belajar bersama-sama ditempat yang berbeda-beda. Teknologi yang digunakan dalam  ini adalah siaran radio, audioconferencing, audiograpic conferencing, telecollaboration, televisi, dan videoconferencing.
  3. Model 3 Just In Time Learning ( Asynchronous). Cirinya, siswa belajar pada waktu dan tempat yang berbeda. Teknologi yang digunakan pada model ini adalah interactive voice respons (IVR), Computer Based Training, internet atau intranet, Multimedia Hosting, Knowledge System.
E. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN TERBUKA DAN JARAK JAUH UNTUK PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
    Pendidikan luar sekolah menekankan pemberian pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat yang tidak dapat dilayani kebutuhan pendidikannya melalui jalur sekolah karena berbagai kendala, seperti kendala finansial, waktu, jarak, usia, dan kesempatan. Penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh pada jalur luar sekolah ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan, mengembangkan keterampilan dan keprofesian peserta didik sesuai kebutuhan termasuk untuk menyiapkan peserta didik untuk siap memasuki dunia kerja. Pendidikan luar sekolah diselenggarakan dalam satuan pendidikan luar sekolah, yang dapat berdiri atas kelompok belajar, khusus, penitipan anak, kelompok bermain, dan satuan pendidikan yang sejenis. Pada dasarnya pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dan tujuan yang sama dengan pendidikan sekolah sehingga hasilnya dihargai setara dengan hasil program pendidikan jalur sekolah setelah melalui proses penilaian.

F. APLIKASI TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI UNTUK PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Penerapan teknologi informasi yang tepat juga menjadi dilema di dunia pendidikan luar sekolah, berbagai konsep mengenai hal tersebut telah beberapa kali dirumuskan namun pada kenyataannya belum mampu untuk diimplementasikan pada masyarakat. Seperti kita ketahui bersama bahwa pendidikan luar sekolah saat ini lebih banyak bergelut pada cluster terkecil atau lapisan bawah di masyarakat. Dimana yang menjadi target pendidikan luar sekolah adalah anak-anak putus sekolah, masyarakat buta aksara serta orang-orang yang belum mempunyai penghasilan memadai disebabkan tidak mempunyai keterampilan yang cukup sedangkan untuk menggunakan teknologi informasi diperlukan sedikit pengetahuan serta biaya yang mungkin bagi mereka tidaklah begitu penting. Selain itu bagi mereka yang bergelut didunia pendidikan luar sekolah seperti tutor, tld, fdi, ataupun stakeholder yang ada didaerah masih belum mempergunakannya karena masih terbentur masalah fasilitas dan kurangnya pengetahuan tentang hal tersebut. Namun apapun persoalannya bukanlah menjadi halangan bagi kita untuk menciptakan dunia pendidikan luar sekolah berbasis TI.

   1. Teknologi Radio Paket                
         Terkait dengan masalah infrastruktur penunjang teknologi informasi, terdapat beberapa pilihan yang dapat dilakukan, tapi salah satu solusi yang tepat melihat situasi serta kondisi masyarakat yang menjadi sasarannya adalah dengan menggunakan konsep yang ditelurkan oleh tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yaitu dengan menggunakan teknologi Radio Paket. Dengan menggunakan teknologi ini kita sudah dapat membangun suatu jaringan komputer dengan biaya murah serta mudah. Selain itu teknologi ini dapat digunakan di daerah-daerah yang belum dijangkau oleh koneksi dial-upnya telkom. Tentu saja pembangunan ini perlu mendapat dukungan dari semua pihak termasuk pemerintah daerah.
Perangkat-perangkat informasi seperti Situs, e-learning serta sistem informasi pendidikan luar sekolah juga menjadi poin yang penting untuk dikembangkan sebab dari sanalah semua bahan dan informasi mengenai pendidikan luar sekolah didapatkan.
Walaupun kita telah dapat merealisasikan infrastruktur serta perangkatnya, hal tersebut menjadi tidak berguna apabila tidak ditunjang oleh SDM yang baik. Untuk mewujudkan SDM yang baik terutama dalam menggunakan perangkat teknologi informasi diperlukan pelatihan serta sosialisasi mengenai hal tersebut. Mungkin bagi stakeholder atau pelaksana teknis di bidang pendidikan luar sekolah, pelatihan berbasis teknologi informasi bukanlah barang baru. Sebab BPPLSP Regional V Makassar misalnya telah beberapa kali melaksanakan pelatihan seperti itu, tapi bagaimana bagi tutor atau peserta paket A, B, C misalnya. Pasti belum banyak yang mengenal hal tersebut. Oleh karena itu perlu dipikirkan suatu konsep yang dapat mengintegrasikan pengetahuan mengenai teknologi informasi pada seluruh lapisan masyarakat.
BPPLSP Regional V Makassar sendiri sebagai perpanjangan pemerintah pusat di daerah yang bertanggung jawab dibidang pendidikan luar sekolah telah berusaha mengembangkan perangkat-perangkat penunjang untuk penyebaran informasi pendidikan luar sekolah diantaranya pengembangan website, Pengembangan sistem informasi pendidikan luar sekolah, e-learning pendidikan luar sekolah. Sedangkan untuk ke depan BPPLSP Regional V telah merencanakan membuat suatu komunitas berbasis teknologi informasi di lingkup propinsi hingga pedesaan dalam program Cyber Village.
2. Interactive Voice Response (IVR)
Interactive Voice Response (IVR) adalah teknologi yang memungkinkan komputer untuk memproses suara dan input keypad DTMF. IVR biasanya memungkinkan penelepon untuk melayani pertanyaan mereka sendiri dengan mengikuti petunjuk yang diberikan. sistem IVR dapat merespon dengan pra-direkam atau dihasilkan secara dinamis audio akan mengarahkan lebih lanjut tentang bagaimana untuk melanjutkan.

sistem IVR dapat digunakan untuk mengontrol hampir semua fungsi di mana antarmuka dapat dipecah menjadi serangkaian pertanyaan sederhana. Dalam telekomunikasi aplikasi, seperti garis dukungan pelanggan, sistem IVR secara umum skala baik untuk menangani volume panggilan besar [misalnya diperlukan]. IVR teknologi juga sedang diperkenalkan ke dalam sistem mobil untuk operasi hands-free. penyebaran arus di mobil berkisar sekitar navigasi satelit, sistem telepon audio dan mobile.

Hal ini telah menjadi umum bagi pendatang baru ke industri telekomunikasi [siapa?] Untuk merujuk ke Automated Attendant sebagai sebuah IVR. Untuk profesional telekomunikasi tradisional, istilah Automated Attendant dan IVR yang berbeda, sedangkan muncul profesional telepon dan VoIP sering menggunakan istilah IVR sebagai-menangkap semua untuk menandai setiap jenis sistem menu. The VRU panjang, untuk Voice Response Unit, kini usang.
3.   Video conferencing
 Adalah satu set teknologi telekomunikasi interaktif yang memungkinkan dua atau lebih lokasi untuk berinteraksi melalui video dua-arah dan transmisi audio secara bersamaan. 'Kolaborasi visual' Ini juga telah disebut dan merupakan jenis groupware.

Videoconferencing berbeda dari panggilan videophone di bahwa itu dirancang untuk melayani konferensi daripada individu. Ini adalah bentuk peralihan dari videotelephony, pertama kali digunakan secara komersial oleh AT & T selama awal 1970-an mereka menggunakan teknologi Picturephone.

Meskipun videoconference adalah membuat kemajuan, telekonferensi audio terus memenuhi janji komunikasi jarak jauh untuk pendidikan dan bisnis.
Sambungan telepon standar analog antara situs perumahan atau komersial dan kantor switching lokal adalah sepasang dua-konduktor. Karena kedua sisi perjalanan percakapan selama pasangan dua-konduktor, beberapa cara harus disediakan untuk memisahkan mengirim dan menerima sinyal. Satu dua kawat untuk konversi empat-kawat dilakukan di sisi switching-kantor untuk memfasilitasi mengirim dan menerima dari kantor switching jauh. Konversi lain terjadi pada handset pelanggan. Pemisahan mengirimkan sinyal dari sinyal terima adalah tidak tercapai dengan sempurna. Secara khusus, ketika pelanggan berbicara ke handset, ia mendengar dirinya dalam lubang suara. Hal ini dikenal sebagai sidetone dan memberikan handset suara hidup akrab. Ini adalah kasus klasik "Jika Anda tidak dapat memperbaikinya, fitur itu."

Sinyal kebocoran pengurangan * Pendekatan analog: Tidak lebih dari beberapa tahun yang lalu, jika anda ingin menghubungkan sound system ke saluran telepon analog, Anda akan menggunakan hybrid analog. Sebuah hybrid analog menggunakan teknik pasif untuk meminimalkan jumlah lokal mengirimkan sinyal yang bocor hingga lokal menerima sinyal. Karena impedansi dari saluran telepon yang kompleks dan dapat berubah selama percakapan, sebuah hybrid analog hanya dapat mencapai sekitar 10 dB sampai 15 dB pengurangan kebocoran mengirimkan sinyal untuk menerima output. Ini adalah masalah yang jelas dalam aplikasi telekonferensi karena kebocoran ini jelas terdengar dari pengeras suara lokal. Selain mengganggu, mengirimkan kebocoran dapat menyebabkan kejelasan dikurangi atau umpan balik dalam sistem suara teleconferencing lokal. * Pendekatan digital: Dengan munculnya modern prosesor sinyal digital, pendekatan yang lebih efektif untuk mengirimkan pengurangan kebocoran menjadi layak. Menggunakan filter digital adaptif, hibrida digital dapat mewujudkan pendekatan jauh lebih baik untuk impedansi saluran telepon dan juga dapat melacak perubahan impedansi garis dari waktu ke waktu. Cukup tipikal untuk hybrid digital adalah 30 dB sampai 40 dB mengirimkan pengurangan kebocoran. Sebagai bonus tambahan, setelah sinyal dalam domain digital, pemrosesan sinyal lainnya diinginkan dapat dilakukan oleh prosesor sinyal digital.

4.   Knowledge system

Sistem Manajemen Pengetahuan (KM System) mengacu pada sebuah sistem (umumnya berbasis TI) untuk mengelola pengetahuan dalam organisasi untuk mendukung penciptaan, penangkapan, penyimpanan dan penyebaran informasi. Hal ini dapat terdiri dari bagian (tidak perlu atau cukup) dari inisiatif Manajemen Pengetahuan.

Gagasan sistem KM adalah untuk memungkinkan karyawan untuk memiliki akses siap basis organisasi didokumentasikan fakta, sumber informasi, dan solusi. Misalnya klaim khas membenarkan penciptaan sistem KM akan menjalankan sesuatu seperti ini: seorang insinyur bisa mengetahui komposisi metalurgi dari sebuah paduan yang mengurangi suara dalam sistem gigi. Berbagi informasi organisasi yang luas ini dapat menyebabkan untuk merancang mesin yang lebih efektif dan juga bisa mengakibatkan ide-ide untuk peralatan baru atau yang ditingkatkan.

Sebuah sistem KM bisa menjadi salah satu dari berikut:

   1. Yaitu dokumen berbasis teknologi apapun yang memungkinkan pembuatan / pengelolaan / sharing dokumen diformat seperti Lotus Notes, web, database terdistribusi dll
   2. Ontologi / Taksonomi berdasarkan: ini mirip dengan dokumen teknologi dalam arti bahwa sistem istilah (yaitu ontologi) digunakan untuk meringkas dokumen misalnya Author, Subj, Organisasi dll seperti di DAML & lain ontologi berbasis XML
   3. Berdasarkan teknologi AI yang menggunakan skema representasi disesuaikan untuk mewakili domain permasalahan.
   4. Menyediakan peta jaringan organisasi menunjukkan aliran komunikasi antara perusahaan dan perorangan
   5. alat komputasi Semakin sosial yang dikerahkan untuk memberikan pendekatan yang lebih organik untuk pembuatan sistem KM.

sistem KMS menangani informasi (meskipun Manajemen Pengetahuan sebagai disiplin mungkin melampaui aspek informasi sentris sistem apapun) sehingga mereka merupakan kelas sistem informasi dan dapat membangun, atau memanfaatkan sumber-sumber informasi lainnya. fitur Membedakan dari KMS dapat termasuk:

   1. Tujuan: sebuah KMS akan mempunyai tujuan Manajemen Pengetahuan eksplisit dari beberapa jenis seperti kolaborasi, praktek yang baik berbagi atau sejenisnya.
   2. Konteks: Satu perspektif tentang KMS akan melihat pengetahuan adalah informasi yang bermakna terorganisir, akumulasi dan tertanam dalam konteks penciptaan dan aplikasi.
   3. Proses: KMS dikembangkan untuk mendukung dan meningkatkan proses pengetahuan-intensif, tugas atau proyek misalnya, penciptaan, konstruksi, identifikasi, menangkap, akuisisi, seleksi, penilaian, organisasi, menghubungkan, struktur, formalisasi, visualisasi, mentransfer, menyebarluaskan, retensi, pemeliharaan, perbaikan, revisi, evolusi, mengakses, pengambilan dan last but not least penerapan pengetahuan, juga disebut siklus hidup pengetahuan.
   4. Peserta: Pengguna dapat memainkan peran aktif, peserta yang terlibat dalam jaringan pengetahuan dan masyarakat didorong oleh KMS, meskipun hal ini belum tentu demikian. desain KMS diadakan untuk mencerminkan pengetahuan yang dikembangkan secara kolektif dan bahwa "distribusi" pengetahuan mengarah ke rekonstruksi terus-menerus, perubahan dan aplikasi dalam konteks yang berbeda, oleh peserta yang berbeda dengan berbagai latar belakang dan pengalaman.
   5. Instrumen: instrumen dukungan KMS KM, misalnya, penangkapan, penciptaan dan berbagi aspek codifiable pengalaman, penciptaan pengetahuan perusahaan direktori, taksonomi atau ontologi, pencari keahlian, sistem keterampilan manajemen, kolaboratif penyaringan dan penanganan kepentingan yang digunakan untuk menghubungkan orang-orang , penciptaan dan pembinaan masyarakat atau jaringan pengetahuan.

Sebuah KMS menawarkan layanan terintegrasi untuk menyebarkan instrumen KM untuk jaringan peserta, yaitu para pekerja pengetahuan yang aktif, dalam bisnis pengetahuan intensif proses sepanjang siklus hidup seluruh pengetahuan. KMS bisa digunakan untuk berbagai koperasi, adhocracy kolaboratif, dan masyarakat hirarki, organisasi virtual, masyarakat dan jaringan virtual lainnya, untuk mengatur isi media;, kegiatan interaksi dan tujuan alur kerja, proyek, bekerja, jaringan, departemen, hak istimewa , peran, peserta dan pengguna aktif lainnya dalam rangka untuk mengambil dan menghasilkan pengetahuan baru dan untuk meningkatkan, leverage dan transfer hasil pengetahuan baru menyediakan layanan baru dengan menggunakan format baru dan interface dan saluran komunikasi yang berbeda.

Para KMS panjang dapat diasosiasikan dengan Open Source Software, dan Open Standar, Buka Protokol dan Pengetahuan Buka lisensi, inisiatif dan kebijakan.

  1. audio conferencing
Panggilan konferensi adalah panggilan telepon di mana penelepon ingin memiliki lebih dari satu pihak yang disebut mendengarkan ke bagian audio panggilan. Panggilan konferensi dapat dirancang untuk memungkinkan pihak dipanggil untuk berpartisipasi selama panggilan, atau panggilan tersebut mungkin diatur supaya pihak yang disebut hanya mendengarkan ke panggilan tersebut dan tidak dapat berbicara. Hal ini sering disebut sebagai ATC (Audio Tele-Konferensi).

Konferensi panggilan dapat dirancang sehingga penelepon panggilan peserta lain dan menambahkannya ke panggilan - Namun, peserta biasanya dapat panggilan ke konferensi menyebut diri mereka, dengan panggilan ke nomor telepon khusus yang menghubungkan ke sebuah "jembatan konferensi" (khusus jenis peralatan yang menghubungkan saluran telepon).

Perusahaan umumnya menggunakan penyedia layanan khusus yang mengelola jembatan konferensi, atau yang menyediakan nomor telepon dan kode PIN yang peserta dial untuk mengakses rapat atau panggilan konferensi.

Tiga-way menelepon tersedia (biasanya pada biaya tambahan) bagi pelanggan yang banyak di rumah mereka atau saluran telepon kantor. Untuk memanggil tiga arah, orang pertama, yang adalah orang yang seseorang ingin berbicara dengan disambung. Kemudian tombol flash Hook (dikenal sebagai tombol mengingat di Inggris dan di tempat lain) ditekan dan nomor telepon orang lain akan disambung. Meskipun berdering, flash / ingat ditekan lagi untuk menghubungkan tiga orang bersama-sama. Pilihan ini memungkinkan penelepon untuk menambahkan panggilan keluar kedua untuk yang sudah tersambung

  1. Audiograpic conferencing
Synchronous conferencing audiographic (SAC) mengacu pada kombinasi teknologi untuk komunikasi real-time dan interaksi menggunakan beberapa media dan mode. Dengan peningkatan penyerapan kelembagaan SAC, pengguna memerlukan pemahaman tentang keterkaitan kompleks beberapa media dalam pembelajaran skenario dalam rangka mendukung perencanaan pedagogik-driven dan penggunaan efektif alat. Makalah ini memberikan tinjauan literatur terbaru yang menggali strategi pedagogik digunakan untuk mendukung penggunaan praktis SAC untuk kepentingan peserta didik terutama dalam konteks non-standar seperti pendidikan jarak jauh. Laporan kertas pada pendekatan dari perspektif praktisi yang berorientasi serta pendekatan yang didasarkan pada teori pendidikan, khususnya masyarakat model penyelidikan, desain tugas dan model multimodal kognisi, makna dan interaksi. Fitur utama dari model ini diekstraksi untuk memberikan baik sintesis untuk pekerjaan masa depan pada model pedagogik khusus untuk SAC dan sumber daya bagi praktisi ingin menghubungkan SAC dengan teori pendidikan.


  1. Pengembangan Televisi Pendidikan Indonesia untuk Pendidikan Luar Sekolah
              Masyarakat kita tidak terlepas dari perkembangan mayarakat dunia pada umumnya yang telah merupakan masyarakat informasi, yaitu dimana informasi akan menentukan tingkat perkembangan atau kemajuan seseorang atau suatu unit masyarakat. Oleh karena itu masyarakat kita perlu dipersiapkan kearah itu. Perkembangan  kearah masyarakat informasi ini menuntut kreasi, inovasi, produksi, dan distribusi informasi yang lebih banyak dan bermutu. Hal ini hanya dimungkinkan bila ada kerjasama dan partisipasi yang  meluas dari semua pihak yang berkepentingan. Pada masyarakat yang sudah  maju telah ditemui situasi kejenuhan informasi ( information overload ), karena banyaknya sumber dan bentuk informasi. Dalam situasi ini diperlukan kemampuan masyarakat yang lebihh besar dalam memilih informasi yang berguna atau diperlukan.
              Sejak REPELITA 1 sebenarnya pemerintah sudah berniat untuk mengembangkan siaran radio dan televisi pendidikan untuk peningkatan mutu sekolah dasar. Untuk keperluan itu berbagai studi dan langkah persiapan, termasuk pelaksanaan proyek perintisan telah pula dilakukan, dan sejumlah kebijakan telah pula di gariskan. Bahkan untuk pertama kali media pendidikan dicantumkan dalam Ketetapan MPR mengenai Garis Besar Haluan Negara, dimana ditentukan bahwa “...media pendidikan serta fasilitas lainnya perlu terus disempurnakan, ditingkatkan, dan lebih didayagunakan.” (MPR-RI, 1988:70).
               Bila kita kaji secara empirik , kita mengenal tiga macam strategi pengembangan penggunaan media komunikasi masa, terutama televisi,  untuk keperluan pendidikan dan atau komunikasi pembangunan, yaitu strategi perintisan atau percontohan, strategi penahapan dan strategi serentak. Strategi perintisan atau percontohan memang mempunyai landasan ilmiah yang lebih mantap karena berbagai komponen pengembangan dicobakan, dinilai, dan disempurnakan. Namun seringkali kegiatan perintisan ini diselenggarakan dalam skala yang terlalu kecil sehingga kurang mendapt arti secara nasional. Oleh karena itu seringkali tidak dapat “tinggal landas” untuk di difusikan secara meluas.
              Misi untuk membantu mewujudkan manusia pembangunan menggariskan bahwa siaran televisi pendidikan haruslah berupa siaran pembangunan. Atas dasar itu dijabarkan satu pedoman umum sebagai berikut :
1.    program siaran harus di usahakan sesuai dengan kebutuhan para khalayak yang dituju (intended audience).
2.    isi siaran harus diusahakan sesuai dengan nilai-nilai edukatif yang diterima oleh masyarakat Indonesia.
3.    program siaran diusahakan untuk berkaitan dengan kegiatan yang ada di masyarakat, paling tidak harus serasi dengan pola tindak yang ada pada masyarakat.
4.    tiap mata acara di usahakan untuk dikembangkan dalm bentuk paket yang berkesinambungan.
5.    tiap program harus dibuat dengan program dan arah tujuan tertentu.
Pengkajian Kebutuhan. Kegiatan ini dilakukan dengan pendekatan pragmatis, yaitu dengan menggunakan data lunak (soft data) berupa persepsi, nilai, dan keinginan yang di hayati oleh sekelompok perencana tentang apa yang di perlukan, dan mempertimbangkan apa yang dilakukan. Mengingat sangat beragamnay warga belajar untuk pendidikan luar sekolah, langkah pertama adalah mengategorisasikan mereka itu ke dalam berbagai kelompok seperti kelompok usia, kelompok status sosial, dan kelompok berdasarkan demografi.  Langkah berikutnya adlah menentukan prioritas penggarapan dengasn memperkirakan kebiasaan menonton pada kelompo sasaran tertentu, dan mempertimbangkan kemampuan yang ada.
Sasaran pemirsa untuk pendidikan luar sekolah dikelompokkan sebagi berikut :
1.                   anak-anak prasekolah yang masih tinggal di rumah pada pagi hari waktu siaran.
2.                   ibu-ibu rumah tangga yang tinggal di rumah.
3.                   remaja dan pemuda tidak bersekolah yang akan memasuki atau berniat meningkatkan kemampuan untuk memasuki dunia kerja.
4.                   siswa sekolah sepulang nmereka dari sekolah pafi hari atau mereka yang akan masuk sekolah siang/sore hari.
5.                   khalayak umum sebelum berangkat kerja di pagi hari, dan pada waktu istirahat dan jeda tengah hari.
6.                   para eksekutif dan cendekiawan sebelum mereka berangkat kerja pada pagi hari.
Perencanaan program. Bertolak dari hasil analisis data lunak serta karakteristik kelompok sasaran kemudian ditentukan judul mata acara, sasaran, pedoman isi, dan kriteria penggarapannya.
          Contoh kategori siaran pendidikan luar sekolah.
a.    Among Tani
Sasaran : warga pedesaan
Isi : bimbingan dan penyuluhan dalambidang pertanian, termasuk perkebunan, peternakan, perikanan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, serta pengolahan dan pemasarannya.
Kriteria : instruksional disertai peragaan, visualisasi dan simulasi.
b.    Para Pemuda
Sasaran : pemuda dan remaja
Isi : bimibngan untuk meimilih dan membina karir, di utamakan karir untuk berwiraswasta dan wirausaha.
Kriteria : instruksional disertai fragmen, uraian, peragaan dan ilustrasi.
                   Produksi dan pengadaan paket siaran. Yang dimaksud dengan produksi adalah membuat paket siaran sendiri ( di dalam Negeri) berdasarkan naskah yang telah di rancang sesuai dengan kriteria mata acara. Sedangkan yang dimaksud dengan pengadaan paket siaran adalah pembelian atau perolehan rekaman yang sudah jadi, dan yang dinilai sesuai dengan kriteria mata acara dan kriteria penyiaran.  

Strategi Penyebaran dan Pemanfaatan
                   Keberhasilan suatu industri media komunikasi pada saat ini cenderung diukur dengan seberapa jauh ia telah memainkan peranannya dalam proses pembangunan. Karena itu penyebaran dan pemanfaatan programnya haruslah dipandang sebagai suatu kesatuan. Secara konseptual dapat kita bedakan empat strategi penyebaran dan pemanfaatan program itu, yaitu strategi terbuka, terarah, terpimpin, dan terikat. Dalam straregi terbuka dibuat program apa saja yang diperkirakan menarik, dimungkinkan bagi siapa saja untuk mengikuti program siaran, dan tanpa ada kewajiban ataupun pengawasan yang berkaitan dengan program siaran yang bersangkutan. Strategi terarah sedikitnya mempunyai dua implikasi. Pertama, para penyelenggara siaran harus mengembangkan program berseri dan berkesinambungan, dengan alur “benang merah” yang jelas. Kedua, perlunya di usahakan terbentuknya forum pemirsa/pendengar, baik secara terorganisasikan maupun secara bebas. Program siaran dengan strategi terpimpin merupakan peningkatan strategi terarah bila dilihat dari aspek perencanaan dan proses pemanfaatannya. Progaram siaran terikat adalah bilamana ada aturan dan persyaratan tertentu yang harus diikuti bersama oleh penyelenggara dan pengguna jasa industri media komunikasi massa.








BAB III
KESIMPULAN

Pendidikan terbuka atau jarak jauh merupakan suatu alternatif untuk memperoleh kesempatan belajar bagi siswa atau warga belajar yang karena berbagai alasan tidak dapat mengikuti pendidikan pada sistem pendidikan atau pelatihan konvesional. Pendidikan terbuka atau jarak jauh merupakan sistem pendidikan atau pelatihan yang bebas untuk diikuti oleh siapa saja tanpa terikat kepada batasan tempat, jarak, waktu, usia, gender, dan batasan non akademik lainnya. Sistem ini memberi kebebasan kepada siswa atau warga belajar untuk mengikuti kegiatan pembelajaran secara bebas dan mandiri. Pendidikan terbuka atau jarak jauh diselenggarakan berdasarkan prinsip kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian mobilitas, dan efisiensi. Dengan prinsip ini sistem pendidikan terbuka atau jarak jauh berusaha memberdayakan siswa atau warga belajar dengan memperhatikan kepentingan, kondisi, dan karakteristik mereka.
Pendidikan terbuka dan jarak jauh juga diterapkan pada pendidikan luar sekolah. Penerapan teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan luar sekolah merupakan sesuatu yang dilakukan untuk memajukan pendidikan di Indonesia.  





DAFTAR PUSTAKA
Dewi Patmo dkk (editor)(2004), Teknologi Pembelajaran, Peningkatan Kualitas Pembelajaran melalui Tek.Pembelajaran, ciputat: Pustekom pendidikan
Miarso,yusufhadi.2009.Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. PUSTEKOM.




No comments:

Post a Comment