Monday, April 8, 2013

PENELITIAN META-ANALISIS

Dewasa ini, tren terkini dari penelitian sintesis adalah melakukan analisis terhadap sebuah analisis yang telah ada sebelumnya,yaitu penelitian-penelitian terdahulu. Metode inilah yang disebut meta analysis. Meta-analysis merupakan suatu teknik statistika yang menggabungkan dua atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data secara kuantitatif. Dilihat dari prosesnya, meta-analisis merupakan suatu studi observasional retrospektif, dalam artian peneliti membuat rekapitulasi data tanpa melakukan manipulasi eksperimental. Meta-analisis lebih tidak bersifat subjektif dibandingkan dengan metode tinjauan lain. Meta analisis tidak fokus pada kesimpulan yang didapat pada berbagai studi, melainkan fokus pada data, seperti melakukan operasi pada variabel- variabel, besarnya ukuran efek, dan ukuran sampel. Untuk mensintesis literatur riset, meta-analysis statistikal menggunakan hasil akhir dari studi-studi yang serupa seperti ukuran efek, atau besarnya efek. Fokus pada ukuran efek dari penemuan empiris ini merupakan keunggulan meta-analysis dibandingkan dengan metode tinjauan literatur lain. Beberapa pengertian Meta Analisis yang dikemukakan oleh ahli: Meta analisis merupakan analisis kuantitatif dan menggunakan sejumlah data yang cukup banyak serta menerapkan metode statistik dengan mempraktekkannya dalam mengorganisasikan sejumlah informasi yang berasal dari sampel besar yang fungsinya untuk melengkapi maksud-maksud lainnya (Glass, 1981). Dengan kata lain, meta analisis adalah suatu bentuk penelitian kuantitatif yang menggunakan angka-angka dan metode statistik dari beberapa hasil penelitian untuk mengorganisasikan dan menggali informasi sebanyak mungkin dari data yang diperoleh, sehingga mendekati kekomprehensifan dengan maksud-maksud lainnya.Salah satu syarat yang diperlukan dalam melakukan meta analisis adalah pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang sejenis. Meta analisis adalah suatu analisis integratif sekunder dengan menerapkan prosedur statistik terhadap hasil-hasil pengujian hipotesis penelitian. Menurut Glass (1981), analisis sekunder itu merupakan analisis ulang (reanalysis) terhadap data untuk tujuan menjawab pertanyaan penelitian dengan teknik-teknik statistik yang lebih baik atau menjawab pertanyaan-pertanyaan baru dengan data lama yang dimiliki. Analisis sekunder merupakan suatu ciri-ciri penting terhadap riset dan kegiatan evaluasi.Soekamto (1988) mengatakan bahwa sifat meta analisis antara lain kuantitatif, dan memakai analisis statistik untuk memperoleh seri informasi yang berasal dari sejumlah data dari penelitian-penelitian sebelumnya. Menurut Borg (1983) bahwa, meta analisis merupakan teknik pengembangan paling baru untuk menolong peneliti menemukan kekonsistenan atau ketidakkonsistenan dalam pengkajian hasil silang dari hasil penelitian. Meta-analisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal dari studi primer. Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung hipotesis, menolak/menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa peneliti(Sugiyanto,2004). Lebih lanjut dikatakan oleh Sutjipto (1995) bahwa meta-analisis adalah salah satu upaya untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif. Dengan kata lain, meta-analisis sebagai suatu teknik ditujukan untuk menganalisis kembali hasil-hasil penelitian yang diolah secara statistik berdasarkan pengumpulan data primer. Hal ini dilakukan untuk mengkaji keajegan atau ketidakjegan hasil penelitian yang disebabkan semakin banyaknya replikasi atau verifikasi penelitian,yang sering kali justru memperbesar terjadinya variasi hasil penelitian. Tujuan meta-analisis pada umumnya tidak berbeda dengan jenis penelitian klinis lainnya, yaitu: • Untuk memperoleh estimasi effect size, yaitu kekuatan hubungan ataupun besarnya perbedaan antar-variabel • Melakukan inferensi dari data dalam sampel ke populasi, baik dengan uji hipotesis (nilai p) maupun estimasi (interval kepercayaan) • Melakukan kontrol terhadap variabel yang potensial bersifat sebagai perancu (confounding) agar tidak mengganggu kemaknaan statistik dari hubungan atau perbedaan. Jenis-jenis Meta-Analisis Saat ini meta-analisis mulai berkembang, terutama setelah dikenalkan oleh Glass pada tahun 1976. • Analysis of Moderator Effects Berikut ini adalah Metode umum dalam Detecting/Assessing Moderator Effects : Ø Graphing – OLS regression Ø Q Stastistics (chi-square test) – WLS regression Ø Variance analysis – Partition test Ø Outlier test • Mediator Assessment Methods Merupakan teknik yang penting dalam metode meta-analysis yang berfungsi untuk meng-address hubungan struktural, menganalisa apakah korelasi matriks dari populasi umum mendasari sebuah himpunan dari hasil empiris yang didapatkan. Ada dua alternatif pendekatan untuk mempelajari mediator effect, yaitu Ø Mengkombinasi dan menganalisa korelasi pengembangan meta-analysis Ø Studi koefisien secara langsung dari kepentingan sebagai effect size. • Meta-analisis Kumulatif Salah satu bentuk meta-analisis yang relatif baru adalah apa yang disebut meta-analisis kumulatif. Pada teknik ini hasil meta-analisis tidak dinyatakan dalam simpulan akhir, namun dibiarkan `terbuka', menunggu evidence lain dari penelitian serupa yang memenuhi kriteria. Data baru tersebut dimasukkan ke dalam metaanalisis, dan dihitung rasio odds-nya; demikian seterusnya setiap kali ada publikasi terbaru dan memenuhi kriteria pemilihan, data yang tersedia dimasukkan ke dalam meta-analisis. Teknik ini biasanya dipergunakan untuk studi meta-analisis terhadap suatu topik yang tidak banyak dilaporkan dalam literatur. Penelitian meta analisis ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder berupa data-data dari hasil penelitian sebelumnya Dengan demikian penelitian ini dapat disebut sebagai penelitian yang bersifat ex post facto yang berbentuk survey dan analisis kepustakaan terhadap penelitian-penelitian yang telah dilakukan. Tahapan dalam mengerjakan meta-analisis (Jammie 2004; Sutrisno, Kartono 2007) : 1. Menetapkan domain penelitian yang akan dirangkum. 2. Memilih jenis publikasi yang akan dikumpulkan. 3. Mengumpulkan hasil penelitian atau literatur. 4. Mencatat data-data (variabel-variabel) penelitian. 5. Menghiting efek size per sumber atau penelitian. 6. Menginterpretasi rangkuman dan membuat laporan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melaksanakan meta analisis: 1. Glass (1981) = fokus pada deteksi dari moderator variabel. 2. Hedges dan Olkin (1985) = memakai teknik weighted least squares 3. Rosenthal dan Rubin (1991) = sama seperti Hedges-Olkin, bedanya hanya pada test signifikansi untuk mengkombinasikan effect size 4. Hunter dan Schmidt (1990) = bedanya dengan yang lain adalah metode ini berusaha mengkoreksi error potensial sebelum meta-analysis mengintegrasikan effect study antar studi. Teknik Hunter dan Schmidt lebih sering digunakan karena teknik ini dianggap oleh para peneliti sebagai teknik yang paling lengkap, karena selain dapat dipergunakan untuk mengkaji effect size, teknik Hunter Schimidt dapat juga dipergunakan untuk mengkoreksi kesalahan sebagai akibat error of measurement, maupun man made error (artifact) yang lain. Dalam upaya melakukan sintesa dari beberapa penelitian, terlebih dahulu dilakukan koreksi terhadap artefak atau ketidaksempurnaan penelitian (Sugiyanto,2004). Hunter & Schmidt (1990) menyebutkan sedikitnya ada 11 artefak yaitu: 1. Kesalahan pengambilan sampel 2. Kesalahan pengukuran pada variabel dependen 3. Kesalahan pengukuran pada variabel independent 4. Dikotomi variabel dependen 5. Dikotomi variabel independent 6. Variasi rentangan dalam variabel independent 7. Artefak atrisi 8. Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel dependen 9. Ketidaksempurnaan validitas konstruk pada variabel independen 10. Kesalahan pelaporan atau transkripsi 11. Varians yang disebabkan oleh faktor luar. Hunter, J.E., & Schmidt, F.L.(1990 ) mengemukakan langkah-langkah/metode analisis korelasi meta-analisis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Transformasi harga F ke dalam t, d, dan r b. Bare Bone Meta Analysis: Koreksi Kesalahan sampel 1) Menghitung mean korelasi populasi 2) Menghitung varians rxy 3) Menghitung varians kesalahan pengambilan sampel 4) Dampak pengambilan sampel c. Artefak yang lain: Koreksi Kesalahan Pengukuran 1) Menghitung mean gabungan 2) Menghitung korelasi populasi yang dikoreksi oleh kesalahan pengukuran 3) Interval kepercayaan 4) Dampak variasi reliabilitas Kesimpulan Meta analisis merupakan pendekatan statistik untuk integrasi dan rangkuman hasil dari studi independen secara sistematis, menyeluruh, obyektif, dan kuantitatif. Dua aspek yang berbeda dari hasil yang diproleh dibandingkan, yaitu besarnya perbedaan antara kelompok yang meliputi efek ukuran dan perbedaan hasil statistik yang signifikan antara kelompok. Meta analisis difokuskan hanya pada salah satu aspek tapi pada kenyataannya, berbagai metode tersedia untuk digunakan dalam meta analisis. terlepas dari metode yang digunakan, semua meta analisis melibatkan tiga fase utama tiga yaitu persiapan, kinerja, dan presentasi. Pada bagian persiapan ini merupakan tahap perencanaan proyek dimana selama fase ini, desain penelitian didefinisikan secara jelas. Perlu dicatat bahwa perencanaan berlangsung sebelum data dikumpulkan. Adapun tahap persiapan ini meliputi empat tahapan, yaitu: 1. Merumuskan tujuan penelitian 2. Mendefinisikan data 3. Prosedur pengambilan data 4. Analisis statistik Dua langkah pertama menggambarkan bagaimana prosedur analisis digunakan. Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan mencari semua studi yang mungkin dan metode untuk menganalisis. Sumber : http://elfrieda.wordpress.com/2011/12/03/meta-analisis/ diakses pada tanggal 5 April 2013 http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/15/konsep-meta-analysis/ diakses pada tanggal 5 April 2013 http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/05/meta_analisis.pdf diakses pada tanggal 5 april 2013

Thursday, October 25, 2012

ANALISIS BUKU TEKS PELAJARAN

Latar belakang Salah satu tujuan kemerdekaan Republik Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Pembukaan UUD Tahun 1945 ialah mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga dapat hidup setara dengan bangsa-bangsa maju lainnya. Melalui proses pendidikan sepanjang hayat diwujudkan manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki kepribadain dengan kecerdasan intelektual, spiritual, dan sosial yang seimbang. Proses pendidikan yang mencerdaskan dan bermartabat memerlukan aneka sumber sumber belajar yang salah satunya adalah buku. Isi Apa itu Buku, Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman. Buku sebagai salah satu media informasi tertua dan konvensional, masih tetap dibutuhkan walaupun dewasa ini media elektronik berkembang pesat dan maju sebagai perwujudan dari kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Bahkan, industri buku mendayagunakan kemajuan teknologi itu untuk menghasilkan buku yang lebih murah, lebih menarik, lebih bermutu, menjangkau seluruh lapisan masyarakat, dan dapat memperdalam informasi yang kita cari secara lebih spesifik Secara umum pengertian buku adalah sebagai karya tulis ilmiah baik hasil tinjauan maupun hasil penelitian yang disusun sedemikian rupa menurut persyaratan tertentu yang ditetapkan dan diterbitkan. Menurut Totok Djuroto buku dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu buku teks, buku pegangan, dan buku pelajaran. Buku teks biasanya dibuat sebagai sumber informasi ilmiah yang digunakan baik oleh masyarakat umumnya maupun oleh kalangan masyarakat ilmiah, yang dibuat oleh ahli keilmuan tertentu. dosen atau widyaiswara untuk mata kuliah, mata diklat yang diajarkannya, bisa jadi seorang guru , dosen dan widyaiswara membuat buku pelajaran yang tidak diajarkannya asal menguasai ilmunya. Berikut adalah beberapa artikel yang membahas tentang menulis buku teks pelajaran Sumber Artikel Judul dan Isi Artikel Pendapat kami mengenai artikel ini http://blog.um.ac.id/rastrapermana/2011/12/09/pedoman-penulisan-buku/ Pedoman Penulisan Buku Dalam menulis buku pelajaran, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah meneliti dan melihat kurikulum yang berlaku, materi, pokok bahasan atau sub pokok bahasan apa yang tercantum dalam kurikulum. Dengan kegiatan tersebut, Penulis tidak akan sia-sia menulis buku pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku. Buku pelajaran ada yang bertaraf nasional dan propinsi. Apabila buku tersebut bertaraf nasional, maka harus ada pengesahan dari Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, atau Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Klasifikasi Buku Berdasarkan isinya, buku diklasifikasikan menjadi dua, yaitu buku fiksi dan buku nonfiksi. Berdasarkan peruntukannya, buku diklasifikasikan menjadi buku umum dan buku sekolah. Berdasarkan tujuannya, buku diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu buku ajar dan buku pengayaan 1. Membaca dan menelaah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD). SKKD adalah standar isi buku yang mengacu kepada kurikulum yang sedang digunakan. 2. Menyusun peta konsep. Peta konsep adalah sistematika pendistribusian materi yang mengacu kepada SKKD, semacam daftar isi. 3. Mengumpulkan materi yang relevan dengan SKKD untuk dijabarkan sesuai dengan peta konsep. Materi ini harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan, aktualitas, kemenarikan, kegunaan, dan eksklusivisme. 4. Membaca buku ajar yang telah dinyatakan lolos BSNP agar memperoleh inspirasi dan dapat membuat modifikasi. 5. Memahami instrumen penilaian buku ajar yang telah ditetapkan BSNP. Ini disebabkan setiap buku ajar harus dinilaikan ke BSNP agar diperoleh standar isi yang sama. 6. Mengembangkan materi sesuai dengan peta konsep. Akan lebih baik jika diawali dari tingkat kebahasaan yang dikuasai. 7. Merefleksikan koherensi materi dalam satu bab/unit untuk ditemukan kekurangan, 8. Minta pertimbangan pihak lain untuk memberi kritikan atau input. Artikel pertama ini menyatakan bahwa dalam menulis buku teks pelajaran harus disesuaikan pada tingkatan taraf sekolah baik SSN maupun RSBI http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/09/02/pembuatan-buku-teks-pelajaran/ Pembuatan Buku Teks Pelajaran PERBEDAAN BUKU TEKS PELAJARAN DAN MODUL Buku teks pelajaran bukan modul atau bahan ajar lainnya , perebdaan antara buku teks pelajaran dengan modul tidak hanya pada format, tata letak dan perwajahan, tetapi juga pada orentasi dan pendekatan yang digunakan dalam penyusunannya, buku teks biasa ditulis dengan orientasi pada struktur dan urutan berdasarkan bidang ilmu ( Content oriented) untuk didipergunakan dalam mengajar ( Teacher oriented), sangat jarang buku teks pelajaran dipergunakan untuk belajar mandiri , karena memang tidak dirancang untuk itu. Dengan demikian , menggunakan buku teks pelajaran memerlukan pengajar yang berfungsi sebagai pentrjemah yang menyampaikan isi buku tersebut Secara rinci, perbedaan buku teks pelajaran dengan modul ( Lewis & Paine,1985) adalah sebagai berikut : Buku teks pelajaran Modul • Mengasumsikan minat dari pembaca • Ditulis digunakan untuk pengajar • Dirancang untuk dipasarkan secara luas • Menjelaskan tujuann intruksional • • Disusun berdasarkan belajar yang fleksibel • Strukturnya berdasarkan kebutuhan peserta • Berfokus pada pemberian kesempatan bagi peserta untuk berlatih • Mengakomodasi kesukaran pembaca/pengguna • Selalu memberikan rangkuman • Gaya penulisan komunikatif dan semi formal • Kepadatan berdasarkan kebutuhan pengguna/pembaca • Dikemas untuk kebutuhan intruksional • Mempunyai mekanisme untuk umpan balik pembaca • Tidak memberikan bahan bahan untuk mempelajari • Menimbulkan minat dari pembaca • Ditulis dirancang untuk peserta • • • Belum tentu menjelaskan tujuan instruksional • Disusun secara linear • • Strukturnya disusun berdasarkan logika ilmu (content) • Belum tentu memeberikan latihan • • Tidak mengantisipasi kesekuaran pembaca/pengguna • Tidak selalu memberikan rangkuman • Gaya penulisan naratif dan tidak komunikatif • Sangat padat • • Dikemas untuk dijual secara umum • Tidak mempunyai unpan balik untuk pembaca • Menjelaskan cara mempelajari modul Artikel kedua membedakan buku teks pelajaran dengan modul. Agar penulis dapat mengetahui bahwa buku teks dengan modul berbeda kegunannya, baik bagi siswa maupun guru http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hubungan-buku-teks-dan-komponen.html Hubungan Buku Teks dan Komponennya 1. Hubungan Buku Teks dan Kurikulum. Pada hakikatnya, kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Sementara itu, buku teks adalah sarana belajar yang digunakan di sekolah untuk menunjang suatu program pembelajaran. Dengan demikian, keberadaan kurikulum dan buku teks selalu berdekatan dan berkaitan. Atau, dengan perkataan lain, kurikulum itu ibarat resep masakan dan buku teks adalah bahan-bahan yang dilakukan untuk mengolah masakan tersebut.Dalam hal ini pengolah atau juru masaknya adalah guru. Namun demikian, kurikulum itu tidak bersifat menentukan segalanya. Pada kurikulum KTSP, misalnya, yang pengembangannya dilakukan sepenuhnya oleh sekolah masih diperlukan penafsiran, penjelasan, perincian, dan pemaduan terhadap kompetensi, hasil belajar, indikator, dan materi pokok yang tercantum pada kurikulum itu. Dalam penulisan buku teks, penulis masih perlu menyusun silabus, menentukan metode pembelajaran, mencari bahan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai, dan menentukan cara penyajian bahan yang sesuai dengan perkembangan anak. Mengingat keadaan kurikulum demikian itu, makin besarlah tanggung jawab penulis buku teks untuk menjabarkan kurikulum dalam bentuk silabus 1. Hubungan Buku Teks dan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran atau kompetensi akan tercapai apabila penulis buku teks mempertimbangkan hal-hal berikut. a. Uraian materi yang tertuang dalam buku teks harus diorientasikan pada tujuan pembelajaran dan kompetensi yang telah dirumuskan dalam silabus. b. Tahapan-tahapan uraian materi harus diarahkan pada indikator-indikator pencapaian tujuan pembelajaran atau pencapaian kompetensi. c. Setiap tahapan uraian materi sebaiknya difokuskan pada satu indikator pencapaian tujuan pembelajaran atau kompetensi sehingga memudahkan untuk mengukur atau mengevaluasinya. 3. Hubungan Buku Teks dan Siswa Dengan membaca buku teks, siswa akan dapat terdorong untuk berpikir dan berbuat yang positif, misalnya memecahkan masalah yang dilontarkan dalam buku teks, mengadakan pengamatan yang disarankan dalam buku teks, atau melakukan pelatihan yang diinstruksikan dalam buku teks. Dengan adanya dorongan yang konstruktif tersebut, maka dorongan atau motif-motif yang tidak baik atau destruktif akan terkurangi atau terhalangi Artikel ke 3 ini menjelaskan tentang hubungan buku teks dengan komponennya. Sebgai pengetahuan tambahan bagi penulis maupun pembaca http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195207061979031-MUDZAKIR/makalah_%26artikel/PENULISAN_BUKU_TEKS_BAHASA_YANG_BERKUALITAS.pdf Penulisan Buku Teks Yang Berkualitas Bahan ajar atau buku pelajaran merupakan media instruksional yang dominan perannya di kelas dan bagian sentral dalam sistem pendidikan (Supriadi 2000: 46). Ini disebabkan buku merupakan alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum. Kebutuhan akan buku teks menempati skala prioritas yang paling utama. Apabila siswa akan diajarkan mengembangkan daya pikirannya sendiri, sekolah harus memiliki buku-buku lain di samping buku-buku teks (Beeby 1982:62). Mengapa guru menggunakan buku teks, dan apa fungsinya? Sheldon (Sheldon dalam Garinger, 2001) mengajukan tiga alasan utama yang diyakininya, mengenai penggunaan buku teks oleh para guru. Pertama, karena mengembangkan materi kelas sendiri sangat sulit dan berat bagi guru. Kedua, guru mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat dari profesinya itu. Ketiga, adanya tekanan eksternal yang menekan banyak guru Buku teks diorganisasikan dalam suatu organisasi khusus yang mempermudah kemajuan proses belajar-mengajar, dan berbeda dengan pengorgasasian buku lain yang bukan buku teks. Pengorganisasian buku teks mempunyai tiga cirri utama, yaitu 1) pelajaran terstruktur dan terorganisasikan dalam bab-bab dan unit-unit; 2) konten (isi) pembelajaran (informasi, penjelasan, komentar, latihanlatihan praktik, rangkuman dan evaluasi) disajikan secara teratur; dan 3) terdapat kemajuan pembelajaran yang sistematik yang mengarah kepada pemerolehan pengetahuan baru dan pembelajaran konsep baru yang didasarkan pada item-item pengetahuan yang telah diketahui. Di samping itu, buku petunjuk guru juga harus mempunyai kategori khusus, karena dimaksudkan hanya untuk guru, sehingga struktur, organisasi, dan kontennya juga berbeda dengan buku untuk siswa (Seguin 1990: 18). Komponen ini adalah bagian-bagian yang dijadikan acuan atau rujukan dalam menilai atau mengevaluasi sebuah buku teks. Bagian-bagian tersebut meliputi 1. Komponen Dasar (a)Aspek isi/materi b) Aspek penyajian c) Aspek bahasa/keterbacaan d) Aspek grafika e) Aspek keamanan 2. Komponen Pelengkap a) buku petunjuk guru b) bahan rekaman berupa kaset atau cdrom c) buku kerja siswa d) buku sumber 3. Komponen Penyempurna (a) warna b) glosarium c) indeks d) ukuran font Pada artikel ke 4 ini, berkualitas yang dimaksud selain tahapan penyusunan buku teks secara umum ialah komponen, konten, struktur, selain itu juga analisis tentang alasan guru menggunakan buku teks sebagai sumber belajar http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7100895102.pdf Buku Teks berbasis aneka sumber Perubahan paradigma atas pendidikan telah mengakibatkan perubahan dalam praktik belajar dan membelajarkan juga telah mengubah fungsi dan peran sumber belajar yang ada. Untuk meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik, diperlukan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dengan menggunakan berbagai sumber belajar. Dengan pemikiran yang demikian maka pengembangan bahan ajar dalam buku teks perlu disesuaikan dengan perkembangan teori belajar. Secara umum buku teks harus memperhatikan a. Isi (berkaitan dengan tuntutan kurikulum seperti; standar kompetensi, kompetensi dasar, indicator kompetensi. Untuk mencapai kompetensi itu dalam kurikulum telah disebutkan materi pokok bahan ajar. Penyusunan buku mengembangkan materi pokok itu sehingga sehingga dapat mencapai kompetensi dasar. Kedalaman dan keluasan uraian bergantung pada indicator kompetensi yang hendak dicapai. Konsep dan teori yang disampaikan harus relevan dengan pokok bahasan. Susunan, urutan konsep, dan teori didasarkan pada hubungan yang bersifat hierarkial, procedural, kelompok, atau campuran ketiganya. Contoh: aplikasi dan kegunaan teori sedapat mungkin diambil dan dikembangkan dari lingkup peserta didik dengan demikian, belajar kontekstual dari materi isi bahan ajar) b. Metode pembelajaran Metode pembelajaran mengacu pada: ~ tujuan pembelajaran ~ karakteristik peserta didik ~ karakteristik bahan ajar ~ lingkungan belajar ~ sumber belajar yang tersedia ~ alokasi waktu Dalam melaksanakan pembelajaran Quantum Teaching, guru perlu mengetahui Quantum Learning, kalo secara teori siswa belajar dari yang konkrit-ke abstrak. Penyusunan buku perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar aktif dengan memberi kesempatan kepada siswa berperan serta dalam proses pembelajaran aktif misalnya; memberi kesempatan untuk berfikir, memecahkan masalah, dan cara memcahkan masalah yang ada pada pokok bahasan, melakukan pengamatan, praktek, diskusi. Proses belajar itu bisa dilakukan di mana saja ; perpustakaan, laboratorium, museum, internet, dan lainnya. c. Bahasa Bahan ajar yang telah disusun secara tepat dilihat dari materi isi dan metodologi belajar dan pembelajaran akan bermanfaat sebagai sumber belajar jika menggunakan bahasa yang komunikatif dan dapat dimengerti oleh pembaca. Dalam menggunakan bahasa ini perlu diperhatikan: ~ kemampuan berbahasa peserta didik ~ kaidah-kaidah bahasa ~ karakteristik bahan ajar ~ lingkungan sosbud setempat d. Ilustrasi Dalam membuat ilustrasi perlu diperhatikan: ~ relevansi ilustrasi dengan konsep atau fenomena yang hendak dijelaskan ~ ketepatan dan kesesuaian ilustrasi ~ warna yang mengandung makna ~ penempatan ilustrasi ditempatkan sedekat mungkin dengan konsep yang dijelaskan ilustrasi e. Unsure-unsur grafika ~ desain buku ~ kertas dan ukuran buku ~ tipografi ~ tata letak kulit dan isi buku Artikel yang terakhir ini menyangkutpautkan antara buku teks dan aneka sumber. Maksudnya disini ialah buku teks haruslah mengacu pada teori belajar, sumber-sumber belajar, dan perkembangan masa kini. Agar, siswa terlatih untuk menjadi kreatif, inovatif, imajinatif, dan berperan aktif dalam belajar dikelas. Melalui buku tersebut yang diolah dari berbagai sumber; internet, sharing dengan yang ahli, mengacu pada teori belajar, dan lainnya guru akan mudah menyampaikan isi pelajaran, dan mengetahui peningkatan proses belajar siswa Lalu dari 5 artikel itu, artikel mana yang mendekati acuan menulis buku teks pelajaran yang sesungguhnya? Dari artikel diatas, menurut kami artikel “Penulisan Buku Teks Yang Berkualitas” yang memiliki ketepatan Dalam menulis buku teks pelajaran yang sesungguhnya. Tabel diatas, hanyalah poin yang kami ambil karena sesungguhnya yang tertera dalam artikel tersebut yakni a) Aspek bahan/materi Berdasarkan kesesuaiannya dengan kurikulum, relevansi materi tersebut dengan tujuan pendidikan, kebenarannya dari segi ilmu bahasa dan ilmu sastra, dan kesesuaiannya dengan perkembangan kognitif siswa b) Aspek penyajian materi Dinilai dalam hal pencantuman tujuan pembelajaran, pentahapan pembelajaran, kemenarikan bagi siswa, kemudahan untuk dipahami, kemampuannya membangkitkan keaktifan siswa, keterhubungan antarbahan, dan ketersediaan soal dan latihan; c) Aspek bahasa/keterbacaan Dinilai dari penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan bahasa yang dapat meningkatkan daya nalar dan daya cipta siswa, penggunaan struktur kalimat yang sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa dan tingkat perkembangannya, penggunaan paragraf yang padu dan efektif, dan relevansi materi dengan ilustrasinya d) Aspek Grafika berupa penggunaan bahan yang kuat dan berkualitas, penggunaan format yang terstandar, desain kulit yang menarik, sederhana dan ilustratif, desain isi yang mudah dibaca dan mendukung materi buku, cetakan yang bersih, jelas dan kontras, dan penjilidan yang baik dan kuat; e) Aspek Keamanan Dinilai berdasarkan nilai budaya yang sadar akan keanekaragaman dan keaktualan, norma yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moral yang menghormati kerukunan hidup umat/antarumat beragama dan menghormati ajaran agama, dan gbobal yang menghormati martabat kemanusiaan dalam konteks global Kami juga sudah mewawancarai penulis buku teks pelajaran, sehinggga kami dapat membandingkan antara artikel tersebut dengan hasil wawancara kami pada penulis. Berikut hasil wawancara kami dengan seorang guru Nama : Dra. Hj. Fatizar Asnah Lulusan : IKIP Padang tahun: 1983 jurusan: S1 Geografi Tempat mengajar : SMA N 1 Padang Pertanyaan Jawaban 1. Pernahkah ibu menulis buku? Iya saya pernah menulis buku 2. Menurut ibu, apakah manfaatnya menulis buku? Dengan menulis buku, kita dapat dikenal orang tentang diri kita yang sebenarnya 3. Apa yang membuat ibu terdorong untuk menulis buku? Sulitnya mengajak siswa untuk belajar membaca buku. Saya hanya ingin siswa saya pintar, segala cara saya lakukan sekalipun menulis buku. Mungkin dengan mereka membaca buku tulisan saya, akan membuat mereka memahami apa yang ada didalamnya 4. Sejak kapan ibu menulis buku? Sejak tahun 1984, saya merasa cukup hebat dulu setahun saya lulus kuliah diterima di sebagai guru SMA dan dipercaya untuk menulis buku teks pelajaran 5. Sudah berapa buku yang ibu tulis? 2 buku 6. Buku apa saja? Dan tahun berapa ibu membuatnya? 1984 “Pentingnya Pendidikan Ekonomu untuk Anak Didik” 1994 “Peran Sosiologi dalam Kehidupan Remaja” 7. Apa saja hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menulis buku? - Membuat mind map - Sharing kepada yang ahli - Mengembangkan topik dan sub topik - Kemampuan tabah dan sabar dalam proses menulis buku yang mungkin akan adanya segala hambatan, kekeliruan, persepsi - dana 8. apa saja yang boleh dan tidak boleh dalam menulis buku? Yang diperbolehkan : mencari sumber lain, namun tetap menkonfirmasikannya kepada hak cipta dan penulis Yang tidak boleh: menjiplak secara keseluruhan tanpa izin, dan mengatasnamakan bukunya sebagai miliknya sendiri padahal itu orang lain 9. berapa refernsi buku yang ibu pakai? 10 referensi Kesimpulan Buku merupakan media yang dapat memuat dan menyajikan berbagai informasi dan keperluan. Berdasarkan saasarannya buku dapat dikelompokkan sebagai buku anak-anak , buku remaja dan buku ornag dewasa. Sesuai dengan tujuan buku, uraian lebih lanjut difokuskan pada buku teks pelajaran yang merupakan acuan pokok bagi siswa dalam belajr dan bagi guru dalam membelajarkan. Dari kelima aspek yang sudah kami rangkum dari artikel-artikel tersebut dan kami bandingkan dengan wawancara kami dengan salah seorang penulis buku teks pelajaran, dalam menulis buku teks pelajaran bukanlah hal yang mudah. Banyak ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan. Penulis buku teks pelajaran harus memahami fungsi buku sebagai media informasi serta jenis-jenis buku dilihat dari berbagai sudut pandang. Buku menjadi sasaran empuk bagi semua khalayak. Dengan buku, kita akan mengetahui, memperdalam, dan menerapkan sumber informasi yang kita dapatkan didalamnya. Melalui buku, guru dapat mengetahui tingkat pencapaian minat baca dan belajar siswa. Sebab, dengan komponen-komponen yang telah disempurnakan, buku menjadi sumber erat dengan siswa “terdekat” (dapat dilihat dari kebermanfaatan buku). Daftar pustaka Sitepu,B.P.2012.buku teks pelajaran.Bandung http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/7100895102.pdf http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195207061979031-MUDZAKIR/makalah_%26artikel/PENULISAN_BUKU_TEKS_BAHASA_YANG_BERKUALITAS.pdf http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hubungan-buku-teks-dan-komponen.html http://blog.um.ac.id/rastrapermana/2011/12/09/pedoman-penulisan-buku/ http://aguswuryanto.wordpress.com/2010/09/02/pembuatan-buku-teks-pelajaran/

Tuesday, October 2, 2012

Bagaimana Yaaa Menulis Buku Teks Pelajaran???

Inilah ringkasan dari 5 artikel yang telah dibaca dan dipahami dalam menulis buku teks pelajaran. Pengertian Buku Teks Pelajaran Secara umum pengertian buku adalah sebagai karya tulis ilmiah baik hasil tinjauan maupun hasil penelitian yang disusun sedemikian rupa menurut persyaratan tertentu yang ditetapkan dan diterbitkan. Menurut Totok Djuroto buku dibedakan berdasarkan tujuannya, yaitu buku teks, buku pegangan, dan buku pelajaran. Buku teks biasanya dibuat sebagai sumber informasi ilmiah yang digunakan baik oleh masyarakat umumnya maupun oleh kalangan masyarakat ilmiah, yang dibuat oleh ahli keilmuan tertentu. dosen atau widyaiswara untuk mata kuliah, mata diklat yang diajarkannya, bisa jadi seorang guru , dosen dan widyaiswara membuat buku pelajaran yang tidak diajarkannya asal menguasai ilmunya. Buku pegangan, dimaksudkan adalah bentuk karya tulis ilmiah yang bertujuan memberikan petunjuk cara mengoperasionalkan suatu barang yang sudah ada Buku pelajaran adalah kelompok karya tulis ilmiah , tetapi dibuatnya bukan berdasarkan hasil penelitian, tetapi materi pelajaran atau mata kuliah suatu ilmu pengetahuan tertentu sesuai kebutuhan dalam pembelajaran bidang studi tertentu. Dalam bagian buku suatu mata pelajaran yang dapat merupakan suatu kesatuan yang utuh dan dapat dipergunakan dalam proses belajar mengajar sebagai alat bantu diklat yang disusun secara sistematik dari yang mencakup tujuan dan uraian materi. Sebelum kita menulis dan menyusun buku teks pelajaran, kita harus tahu prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam pembuatan buku teks pelajaran. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan buku antara lain prinsip relevansi, konsistensi dan kecukupan Prinsip relevansi artinya keterkaitan, materi yang ditulis hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi yang ingin dicapai Prinsip konsistensi artinya keajegan, jika kompetensi dasar yang harus dikuasai empat macam maka bahasan yang ada pada buku juga harus meliputi empat macam. Setelah kita mengetahui prinsip-prinsip apa saja yang ada dalam pembuatan buku, kita juga harus mengetahui ketentuan-ketentuan pembuatan buku teks pelajaran. Buku merupakan sekumpulan informasi pengetahuan yang dapat dijadikan pedoman atau sumber pengetahuan, maka dalam penulisan buku teks Pelajaran diperlukan beberapa ketentuan agar buku yang disusun memberikan informasi yang utuh, adapun ketentuannya adalah : Persyaratan yang berkaitan dengan isi 1. Memuat sekurang kurangya materi minimal yang harus dikuasai peserta didik/diklat 2. Relevan dengan tujuan dan sesuai dengan kemampuan yang akan dicapai 3. Sesuai dengan ilmu pengetahuan yang bersangkutan 4. Sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi 5. Sesuai dengan jenjang dan sasararan 6. Isi dan bahan mengacu pengembangan konsep, prinsip, teori 7. Tidak mengandung muatan politis maupun hal yang berbau sara Persyaratan penyajian 1. Uraian teratur sesuai dengan urutan setiap bab 2. Saling memperkuat dengan bahan lain dan kontekstual 3. Menarik minat dan perhatian sasaran pembaca 4. Menantang dan merangsang untuk dibaca dan dipelajari 5. Mengacu pada aspek koginitif, afektif dan psikomotor 6. Penyajian yang menggunakan bahasan ilmiah dan formal Persyaratan yang berkaitan dengan bahasa 1. Menggunakan bahasa Indonesia yang benar 2. Menggunakan kalimat yang sesuai dengan kematangan dan perkembangan sasaran pembaca 3. Menggunakan istilah, kosakata, indeks, symbol yang mempermudah pemahaman 4. Menggunakan kata kata terjemahan yang dibakukan Persyaratan yang berkaitan dengan Ilustrasi 1. Relevan degan konsep, prinsip yang disajikan. 2. Tidak mengunakan kesinambungan antar kalimat. Antar bagian dan antar paragraph. 3. Merupakan bagian terpadu dari bahan ajar 4. Jelas, baik dan merupakan hal-hal esensial yang membantu memperjelas materi Perlu kita ketahui juga, dalam pembuatan buku teks pelajaran pasti kita ketahui terlebih dahulu bagian-bagian dari buku teks pelajaran yang akan kita tulis dan susun. Umumnya buku terdiri dari tiga bagian yang mencakup : Bagian awal yang berisi : 1. Halaman cover, bersisi tentang judul, pengarang, gambar sampul , nama departemen, tahun terbit. 2. Halaman judul , berisi judul, pengarang/penulis, gambar sampul, tahun terbit, nama depertemen 3. Daftar isi, yang membuat, judul bab, sub bab, dan nomor halaman 4. Daftar lain seperti : daftar gambar, daftar table, daftar lampiran. Bagian isi Bagian ini berisi bab-bab, dan setiap bab terdiri sub bab-sub bab dan pokok pokok bahasan yang menjadi inti naskah buku dan memuat uraian penjelasan, proses operasional atau langkah kerja dari setiap bab maupun sub bab. Dengan demikian paragraf merupakan unit terkecil suatu pokok bahasan. Paragraf tersebut harus saling mendukung dan merupakan suatu kesatuan yang koheren. Apabila diperlukan penjelasan dan uaraian dari masing-masing bab dilengkapi dengan table, bagan, gambar dan ilustrasi lain. pada baigian isi buku dikelompokkan menjadi beberapa bab, dalam setiap bab disamping berisi informasi umumnya diakhiri dengan rangkuman dan latihan soal. Bagian akhir Pada bagian akhir dari suatu buku biasanya berisi antara lain : 1. lampiran, bila lampiran lebih dari satu lembar harus diberi nomor urut arab 2. Glosarium (jika ada), kata/istilah yang berhubungan dengan uraian diktat sehingga memudahkan pemahaman pembanca 3. Kepustakaan, ada beberapa cara menulkiskan kepustakaan, namum namum demi keseragaman dipilih satu dari sekian cara tersebut, sengan ketentuan sebagai berikut : 1. Hendaknya digunakan buku acuan yang relevan dengan bahan kajian yang akan ditulis, tidak ketinggagalan perkembangan teknologi dan sesuai dengan disiplin ilmu 2. kepustakaan disusun dengan urutan abjad, urutannya sebagai berikut : Mulyasan,E, 2003, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Pt Remaja Rosda Karya, Bandung 1. Indeks : pencantuman indeks dimaksudkan sebagai petunjuk untuk mengetahui dengan mudah uraian suatu teori, atau fakta yang terdapat pada halaman tertentu, penulisan indeks dengan pengaturan sbb : 1) entri disusun menurut abjad dan tidak bernomor urut 2) entri diawali dengan huruf kecil , kecuali berupa nama 3) entri diikuti dengan tanda koma dan nomor halaman tempat entri berada, Contoh : alkohol, 12 formalin, 35 kemudian, dilanjutkan dengan mengetahui sistematika penulisan buku teks pelajaran. Penulisan buku teks pelajaran hendaknya didahului dengan penyusunan kerangka penulisan. Kerangka penulisan disusun berdasarkan kosep dasar ilmu yang bersangkutan, sesuai dengan tema dan judul yang akan ditulis. Penulis buku teks pelajaran hendaknya berpedoman pada kerangka penulisan yang telah disusun , oleh karena itu kerangka harus lengkap dan rinci untuk mempermudah penulisan, isi naskah terdiri dari bab atau unit,setiap bab diberi nomor urut dengan angka romawi dan dilengkapi dengan judul bab. Pecahan bab yang disebut subbab ditulis dengan nomor huruf arab. Cantoh : 1. KLASIFIKASI MATERI 1. UNSUR UNSUR MATERI 1. PARTIKEL ATOM 1] ELEKTRON a). Penggunaan bahasa juga harus diperhatikan. Penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar dalam penulisan buku teks pelajaran sangat diwajibkan. Penulisan buku teks pelajaran hendaknya menggunakan bahasa jelas, tepat formal dan lugas. Kejelasan dan ketepatan isi dapat diwujudkan dengan menggunakan kata dan istilah yang jelas`dan tepat, kalimat yang tidak berbelit belit dan struktur alinea yang runtut,kelugasan dan keformalan gaya bahasa digunakakan dengan menggunakan kalimat fasif, hindarilah pengunaan kata kata sepeti saya kami, kemudian tuliskan kegiatan yang dilakukan penulis, seperti penulis atau peneliti tapi inipun hindari sesedikit mungkin.dalam menggunakan bahasa Indonesia baku hendaknya memperhatikan : - Kaidah Bahasa Indonesia yang digunakan adalah ejaan yang disempunakan (EYD) - Penerapan kaidah Ejaan - Pemakaian tanda baca Setelah semua yang berhubungan dengan penyusunan dan penulisan naskah, maka kita perlu mengetahui format pengetikan naskah buku teks pelajaran. Dalam pengetikan naskah diktat ada beberapa hal yang harus diperhatikan Kertas yang digunakan adalah kertas jenis HVS putih, ukuran kuarto atau polio tergantung selera tetapi umunya ukuran kuarti, mbidang pengetikan pun berjaeak 4 cm dari tepi kiri, dan 3 cm tepi atas, tepi kanan dan tepi bawah, sebuah alinea tidak dimulai pada bagian halaman yang hanya memuat kurang dari tiga baris. Diktat ditulis dengan computer yang baku baik jenis huruf maupun ukuran hurufnya, pengetikan dengan menggunakan rata kanan dan tidak boleh mengorbankan aturan spasi atarkata dalam teks. pelajaran Awal alinea diketik npada ketukan keenam dari batas kiri bidang pengetikan . sesudah tand baca titik, titik dua, titik koma, dan koma hendaknya diberi satu ketikan kosong. Istilah tertentu yang belum lazim ditulis digaris bawahi atau ditulis dengan huruf miring. Dalam pengetikan juga harus diperhatkan antara lain : -Jenis dan ukuran huruf -modus huruf -spasi -tablel dan gambar Dalam penulisan buku teks pelajaran dibutuhkan juga ilustrasi dalam buku teks pelajaran tersebut agar mempermudah pemahaman materi yang ada dalam buku teks pelajaran tersebut. Buku teks walaupun dibuat oleh seorang guru, maupun widyaiswara yang pada jaman komputer belum banyak dipergunakan ilustrasi dibuat dengan gambar maupun foto dilakukan oleh tenaga ahli tertentu yang biasa desebut ilustrator, tetapi setelah komputer banyak digunakan, karena fasilitas untuk pemakaian ilustrasi ada pada komputer , ilustrasi bisa ditulis dan diatur sendiri, karena pengeditan dan perancangan wajah sudah ada fasilitasnya dalam hal ilisutrasi seorang penulis buku teks haris memperhatikan masalah masalah : - Format buku teks pelajaran agar enak dibaca - Tata letak untuk mempermudah pemahaman isi buku dan mendapatkan kenyamanan membaca. - Tipografi yang menyangkut nama dan jenis huruf, panjang baris, ukuran huruf - ilustrasi agar sajian visual yang tidak mungkin disampaikan dengan kata dapat disajikan dengan gambar, ilustrasi sangat menarik jika berupa foto foto yang berwarna. Untuk melakukan penulisan buku teks, dibawah ini ada beberapa petunjuk praktis yang dapat dijadikan pedoman penulisan antara lain Hal hal yang harus diperhatikan : 1. berilah jarak 3 spasi antara table atau gambar dengan teks sebelum dan sesudahnya 2. judul table atau gambar diketik pada halaman yang sama dengan table atau gambarnya, penyebutan menggunakan table atau gambar 3. tepi kanan teks tidak harus rata , oleh karena itu kata pada akhir baris tidak harus dipotong. Jika terpaksa dipotong tanda hubungnya ditulis setelah huruf akhir, tanpa disisipi spasi, bukan diletakkan dibawahnya 4. tempatkan nomor halaman di pojok kanan atas pada setiap halaman , kecuali pada halaman pertama setiap bab dan halaman bagian awal. 5. Semua nama pengarang dalam daftar rujukan harus ditulis. 6. Nama awal atau nama tengah dapat disingkat asalkan dilakuan secara konsisten Hal hal yang tidak boleh dilakukan : 1. Tidak boleh ada bagian yang kosong pada akhir halaman kecuali jika halamamn tersebut merupakan akhir bab 2. Tidak boleh memotoing table atau gambar 3. Tidak boleh memberi garis vertikal antara kolom pada table kecuali terpaksa 4. Tidak boleh memberi tanda apapun sebagai tanda berakhirnya suatu bab 5. Tidak boleh menempatkan sub judul dan identitas table pada akhir halaman 6. Rincian tidak boleh menggunakan tanda hubung (-) tetapi menggunakan bullet (*) untuk penulisan yang dilakukan dengan menggunakan komputer. 7. Tidak boleh menambah spasi antarkata dalam suatu baris yang bertujuan meratakan tepi kanan 8. Daftar rujukan tidak boleh diletakkan di kaki halaman atau akhir setiap bab, daftar rujukan hanya dapat ditempatkan setelah bab akhir Yang terakhir ada aspek-aspek yang dinilai dalam buku teks pelajaran. Aspek Isi atau Materi Pelajaran • Aspek ini merupakan bahan pembelajaran yang disajikan di dalam buku pelajaran. • Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan mutakhir dari segi penerbitan. • Informasi yang disajikan tidak mengandung makna yang bias. • Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf, dan tingkat kemenarikan sesuai dengan minat dan kognisi siswa. • Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya. • Ilustrasi harus sesuai dengan teks. • Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks, harus akurat, dan sederhana. • Perincian materi harus sesuai dengan kurikulum. • Perincian materi harus memperhatikan keseimbangan dalam penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman. Aspek Penyajian Materi Aspek ini merupakan aspek tersendiri yang harus diperhatikan dalam buku pelajaran. Berkenaan dengan penyajian: • tujuan pembelajaran, • keteraturan urutan dalam penguraian, • kemenarikan minat dan perhatian siswa, • kemudahan dipahami, • keaktifan siswa, • hubungan bahan, serta • latihan dan soal. Aspek Bahasa dan Keterbacaan Aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraph, dan wacana. Aspek keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraph, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan siswa. Ada tiga ide utama yang terkait dengan keterbacaan, yakni: 1. Kemudahan membaca (berhubungan dengan bentuk tulisan atau tipografi, ukuran huruf, dan lebar spasi) yang berkaitan dengan aspek grafika; 2. Kemenarikan (berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan) yang berkaitan dengan aspek penyajian materi; 3. Kesesuaian (berhubungan dengan kata dan kalimat, panjang-pendek, frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf) yang berkaitan dengan bahasa dan keterbacaan. REFERENSI • http://media.kompasiana.com/buku/2011/01/11/teknik-menyusun-buku-teks/ • http://blog.um.ac.id/rastrapermana/2011/12/09/pedoman-penulisan-buku/ • http://sawali.info/2007/07/15/menulis-buku-teks/ • http://masnur-muslich.blogspot.com/2008/10/hubungan-buku-teks-dan-komponen.html • http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195207061979031-MUDZAKIR/makalah_%26artikel/PENULISAN_BUKU_TEKS_BAHASA_YANG_BERKUALITAS.pdf

WAWANCARA PENGALAMAN MENULIS BUKU TEKS PELAJARAN

Guru akan memberikan referensi kepada siswanya, guna mempermudah siswa dalam belajar. Akan tetapi, tidak semua buku dapat dipakai sebagai sumber belajar siswa satu-satunya. Inilah letak permasalahan belajar yang dihadapi guru maupun siswa. Sumber buku yang dipakai terkadang sulit untuk dimengerti guru maupun siswa. Sehingga, terhambatlah proses belajar mengajar dikelas. Oleh sebab itu, gurupun harus ikut andil dalam memecahkan masalah ini, yakni dengan ikut terlibat dalam menulis buku teks pelajaran. Guru sebagai penanggung jawab siswa, segala hal yang terjadi dikelas, guru lah yang mengetahui, oleh karenanya dia tahu apa yang dibutuhkan siswa, buku seperti apa yang dapat meningkatkan minat belajar siswa. Sehingga, PBM di dalam kelaspun menjadi focus, adanya chemistry antara guru-buku-murid, kondusif, menarik, dan menyenangkan. Berikut hasil wawancara kami dengan seorang guru Nama : Dra. Hj. Fatizar Asnah Lulusan : IKIP Padang tahun: 1983 jurusan: S1 Geografi Tempat mengajar : SMA N 1 Padang Pertanyaan Jawaban 1. Pernahkah ibu menulis buku? Iya saya pernah menulis buku 2. Menurut ibu, apakah manfaatnya menulis buku? Dengan menulis buku, kita dapat dikenal orang tentang diri kita yang sebenarnya 3. Apa yang membuat ibu terdorong untuk menulis buku? Sulitnya mengajak siswa untuk belajar membaca buku. Saya hanya ingin siswa saya pintar, segala cara saya lakukan sekalipun menulis buku. Mungkin dengan mereka membaca buku tulisan saya, akan membuat mereka memahami apa yang ada didalamnya 4. Sejak kapan ibu menulis buku? Sejak tahun 1984, saya merasa cukup hebat dulu setahun saya lulus kuliah diterima di sebagai guru SMA dan dipercaya untuk menulis buku teks pelajaran 5. Sudah berapa buku yang ibu tulis? 2 buku 6. Buku apa saja? Dan tahun berapa ibu membuatnya? 1984 “Pentingnya Pendidikan Ekonomu untuk Anak Didik” 1994 “Peran Sosiologi dalam Kehidupan Remaja” 7. Apa saja hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam menulis buku? - Membuat mind map - Sharing kepada yang ahli - Mengembangkan topik dan sub topik - Kemampuan tabah dan sabar dalam proses menulis buku yang mungkin akan adanya segala hambatan, kekeliruan, persepsi - dana 8. apa saja yang boleh dan tidak boleh dalam menulis buku? Yang diperbolehkan : mencari sumber lain, namun tetap menkonfirmasikannya kepada hak cipta dan penulis Yang tidak boleh: menjiplak secara keseluruhan tanpa izin, dan mengatasnamakan bukunya sebagai miliknya sendiri padahal itu orang lain 9. berapa refernsi buku yang ibu pakai? 10 referensi 10. apa suka dukanya dalam menulis buku? Sukanya: memudahkan pengajaran untuk anak didik agar dapat tercapai TIK Dukanya: ~kurangnya SDM yang dimiliki sehingga banyaknya bahasa asing yang tidak dimengerti ~Minimnya dana ~adanya pembajakan buku yang ditulis oleh pihak yang tidak bertanggung jawab 11. apa yang melatarbelakangi ibu dalam menulis buku? Untuk memudahkan siswa mengerti materi yang diajarkan 12. apa saja pengalaman terbaik dan terburuk ibu dalam menulis buku? Pengalaman terbaik: ~program yang matang, dan banyak yang berkontribusi besar dalam penulisan buku ini Pengalaman terburuk: ~ tidak disiplin waktu ~ dan penerbit dengan seenaknya mengganti beberapa bagian tanpa sepengetahuan saya

Sunday, March 11, 2012

Kuliah FACEBOOK??? apaaaa tuuh?

INTRODUCTION dulu yaa..

kuliah dengan media jejaring sosial facebook? waaahh....sepertinya baru nih..hehehe
inilah perkuliahan di jurusan Teknologi Pendidikan,Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta. siapa sih pencetusnya? hmmm..mau tau yaah? mau tau banget yayaya?? *hehehe... beliau adalah Prof. Dr. Bintang Petrus Sitepu. yuuup, beliau salalhsatu dosen senior di Teknologi Pendidikan. Bersama dengan ibu Retno widyaningrum, S.Ikom., M.M ,beliau memanfaatkan media jejaring sosial Facebook untuk perkuliahan mata kuliah yang diajarkannya yaitu Difusi Inovasi Pendidikan.
yaaa, inilah sebuah inovasi dalam pendidikan.Hanya di Teknologi Pendidikan, UNJ loh adanya. hehehe *bangga*. Memanfaatkan media jejaring sosial facebook sebagai media untuk interaksi pembelajaran itu menyenangkan loh. Facebook yang biasanya menjadi tempat untuk update status, curcol, upload foto, dan chatting bisa juga dimanfaatkan menjadi forum diskusi belajar. Dan akhirnya memiliki nilai tambah yang positif deh dalam memanfaatkan sebuah media jejaring sosial.
Oh iyaa, kemarin baru diadakan survey tentang "Apakah Forum Group Discussion DIP ini termasuk inovasi dalam mata kuliah ini?" untuk para mahasiswa. dan jawabannya itu "YES", atau "NO" atau "YES & NO", diberikan alasan yang mengacu pada teori Rogers & Reigeluth. Apa sih tujuannya diadakan survey begituan? Tujuannya itu agar mahasiswa dapat menganalisis dan memberi pendapat mereka secara kritis terhadap teori Rogers dan Reigeluth tentang sebuah inovasi. Dari hasil diskusi tersebut kemudian dibuat deh data-datanya dan di tabulasi menjadi tabel dan diagram yang keren-keren.hehehe. udah ngga sabar yaa lihat hasilnya? Oke deh, cekidot lihat kebawah yuuk ! :)



Surveynya nih !

kalau mau survey pasti ada korespondennya dong yaa... nah,dari 39 mahasiswa yang tergabung dalam forum diskusi ini, ada 33 orang yang ngoceh dan ada 6 yang diem aje.. entah, apa yang dipikirin sama yang diem, mungkin lagi pada sakit gigi kali yee .hehehe.
nih loh tabelnya :
















dan inilah diagram yang kece itu :

















dan selanjutnya, berapa mahasiswa sih yang jawab "YES" dan apa aja alasan mereka?
kita lihat aja yuk tabelnya dan diagramnya :)















heii, yang ngoceh itu ngga hanya bilang YES aja loh, ada juga yang bilang "YES dan NO". kok bisa sih jawab "YES dan NO" ? naah, ini dia alasan mereka :)


















nah, udah tau kan alasan mereka yang menjawab "YES dan NO" .
masih ada satu lagi koresponden loh. yuup, betul sekali. Koresponden yang menjawab "NO". karena hanya 1 mahasiswa yang menjawab "NO" maka hanya dibuat tabel alasannya aja nih. cekidot !
















Setelah kita melihat-lihat hasil surveynya, sekarang kita masuk ke pembahasannya yuuk...

PEMBAHASANnya nih.

Data-data yang dikumpulkan adalah data dari survey yang saya lakukan di forum diskusi DIP yang ada di facebook. Ternyata pendapat para mahasiswa begitu sangat bervariasi. Ada yang menjawab "YES" , "YES & NO" , dan "NO". Mereka juga memberikan alasan-alasan yang kritis. Ada 31 orang yang menjawab "YES". Apa sih yang menjadi alasan mereka menjawab "YES" ? alasannya yang pertama yang paling banyak adalah media Facebook pertama kali menjadi forum diskusi belajar. Beberapa mahasiswa merasakan kalau Facebook menjadi forum diskusi belajar hal yang baru bagi mereka.Karena biasanya forum diskusi yang ada bukanlah di media jejaring sosial Facebook, tetapi seperti di WEB online Learning yang biasanya mengakses di WEB itu lebih susah dibanding dengan mengakses Facebook. kenapa? karena WEB yang ada terkadang eror jika semua mahasiswa mengakses dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan Facebook, mudah sekali untuk diakses.Lewat handphone pun dapat diakses. tidak hanya itu saja, hampir setiap mahasiswa memiliki account dan sering sekali mengakses facebook dan facebook sangatlah familiar disemua kalangan. Alasan lainnya, ada yang mengacu pada teori Rogers, teori Reigeluth tentang inovasi dan yang terakhir pemanfaatan media jejaring sosial facebook. Nah, itu lah alasan dari yang menjawab "YES". Selanjutnya, yang menjawab "YES & NO". Ada 2 mahasiswa yang menjawab "YES & NO" . yaa, mereka juga memiliki alasan tersendiri mengapa mereka menjawab "YES & NO" . mau tahu alasannya? salahsatu mahasiswa yang menjawab "YES & NO" memiliki alasan yang pertama, jawaban "YES"nya menurut teori Rogers, menggunakan facebook untuk forum diskusi belajar adalah sebuah inovasi. Ia berpendapat mengacu pada teori Rogers, sebuah inovasi dapat terjadi dengan syarat apabila suatu gagasan,praktek, atau benda yang ada tersebut dapat dirasakan baru oleh individu atau kelompok. Nah, baginya forum diskusi belajar dengan facebook ini adalah hal yang baru. Karena gagasan yang diberikan dalam matakuliah ini berbeda dan ia ber anggapan masih sangat baru dilakukan oleh para dosen-dosen yang telah di kenal dan ketahui. Setuju deh saya dengan hal ini.hehehe. kemudian, jawaban "NO"nya menurut teori Reigeluth bukan merupakan inovasi. Mengapa? Karena teori Reigeluth mengatakan sebuah inovasi harus memiliki syarat-syarat , salahsatunya merupakan harus terencana dan sistematis, yang dapat dikatakan juga sebuah inovasi perlu dilakukan dengan benar-benar mendalam dan kontinyu. Bisa dikatakan grup ini memang sudah direncanakan dan diatur dengan baik secara keseluruhan namun pembuatan forum/grup ini sebagai salahsatu pengganti dan pelengkap diskusi dikelas tidak dibuat dengan proses ang mendalam dan kontinyu. Grup ini dibuat karena memang kebetulan jejaring sosial facebook menyediakan fasilitas ini dan memang dapat dimanfaatkan oleh semua orang yang ada di jejaring sosial ini tanpa batas. Yaa, itulah salahsatu alasan mahasiswa yang menjawab “YES & NO”. Dan yang terakhir adalah jawaban “NO”. Hanya satu mahasiswa yang menjawab “NO”. Apa sih alasannya yah? Alasannya, karena forum ini hanya memanfaatkan media yang sudah ada, dan ini hanya sebuah kreatifitas saja.
Waah, ternyata pendapat para mahasiswa sangatlah kritis dan keren-keren. Okelah, semua pendapat engga ada yang salah kok. Semuanya dapat dibenarkan,karena masing-masing memiliki alasan dalam memberikan jawaban. Apakah itu inovasi atau bukan ? Setiap mahasiswa dapat memaknai teori-teori para ahli tentang inovasi bagi diri mereka pribadi.


KESIMPULAN

Baiklah, setelah saya menjabarkan semua hasil survey maka saya akan menyimpulkannya.
Dari pembahasan yang ada tentang forum diskusi belajar DIP melalui media jejaring sosial facebook, saya menyimpulkan forum ini merupakan inovasi. Mengapa ? karena mengacu pada teori Rogers , ini merupakan hal baru bagi banyak mahasiswa. Menggunakan media jejaring sosial untuk diskusi belajar tanpa harus dikelas tatap muka , merupakan hal baru yang saya temukan didalam perkuliahan yang pernah saya ikuti. Karena biasanya yang dipergunakan adalah web yang dibuat oleh dosen. Dan biasanya itu kurang efektif karena mengakses web lebih sulit dibandingkan dengan mengakses facebook.

SARAN
Saran saya, lebih efektif lagi jika ada pemberitahuan sebelum diadakan diskusi, karena memang mudah untuk mengakses facebook namun tidak semua mahasiswa memiliki jaringan internet dirumah atau dihandphonenya. Kemudian, selain untuk berdiskusi, dapat juga dishare setiap hal mengenai Difusi Inovasi Pendidikan,entah itu berupa artikel , buku atau apapun itu.
Semoga apa yang saya tulis dapat bermanfaat untuk para mahasiswa maupun bagi para pembaca.
Terimakasih :)

Daftar pustaka :
http://www.facebook.com/groups/273808582691563/

Saturday, December 25, 2010

PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN




Teknologi informasi serta Komunikasi dewasa ini berkembang cepat menurut deret ukur. Dari tahun ke bulan, dari bulan ke minggu, dari minggu ke hari, dari hari ke jam, dan dari jam ke detik! Oleh karena itulah para cerdik-cendekia sepakat pada suatu argumen, bahwa: informasi memudahkan kehidupan manusia tanpa harus kehilangan kehumanisannya.

Manusia tidak bisa lepas dari pendidikan yang sebenarnya juga merupakan kegiatan informasi, bahkan dengan pendidikanlah informasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disebarluaskan kepada generasi penerus suatu bangsa.

Pengaruh dari Teknologi informasi dan komunikasi terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan Teknologi informasi dan komunikasi ada lima pergeseran di dalam proses pembelajaran yaitu:
(1) Pergeseran dari pelatihan ke penampilan,
(2) Pergeseran dari ruang kelas ke di mana dankapan saja,
(3) Pergeseran dari kertas ke “on line” atau saluran,
(4) Pergeseran fasilitasfisik ke fasilitas jaringan kerja,
(5) Pergeseran dari waktu siklus ke waktu nyata.

Sebagai media pendidikan komunikasi dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut.

Dengan adanya teknologi informasi sekarang ini guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet.
E-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu:
(1) E-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi,
(2) Pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar,
(3) Memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional.
(Rosenberg 2001; 28)

Pada saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Perkembangan Pendidkan di Era Globalisasi.
Kerjasama yang letaknya berjauhan secara fisik dapat dilakukan dengan lebih mudah antar pakar dan juga dengan mahasiswa. Padahal dahulu, seseorang harus berkelana atau berjalan jauh menempuh ruang dan waktu untuk menemui seorang pakar untuk mendiskusikan sebuah masalah. Saat ini hal ini dapat dilakukan dari rumah dengan mengirimkan email. Makalah dan penelitian dapat dilakukan dengan saling tukar menukar data melalui Internet, via email, ataupun dengan menggunakan mekanisme file sharring dan mailing list. Bayangkan apabila seorang mahasiswa di Sulawesi dapat berdiskusi masalah teknologi komputer dengan seorang pakar di universitas terkemuka di pulau Jawa. Mahasiswa dimanapun di Indonesia dapat mengakses pakar atau dosen yang terbaik di Indonesia dan bahkan di dunia. Batasan geografis bukan menjadi masalah lagi.

Di dalam bidang penelitian juga diperlukan Sharing information agar penelitian tidak berulang (reinvent the wheel). Hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi dan lembaga penelitian dapat digunakan bersama-sama sehingga mempercepat proses pengembangan ilmu dan teknologi.

Sebuah aplikasi baru bagi Internet yaitu Virtual university. Virtual university memiliki karakteristik yang scalable, yaitu dapat menyediakan pendidikan yang diakses oleh orang banyak. Jika pendidikan hanya dilakukan dalam kelas biasa, berapa jumlah orang yang dapat ikut serta dalam satu kelas? Jumlah peserta mungkin hanya dapat diisi 40 - 50 orang. Virtual university dapat diakses oleh siapa saja, darimana saja. Penyedia layanan Virtual University ini adalah www.ibuteledukasi.com . Mungkin sekarang ini Virtual University layanannya belum efektif karena teknologi yang masih minim. Namun diharapkan di masa depan Virtual University ini dapat menggunakan teknologi yang lebih handal semisal Video Streaming yang dimasa mendatang akan dihadirkan oleh ISP lokal, sehingga tercipta suatu sistem belajar mengajar yang efektif yang diimpi-impikan oleh setiap ahli IT di dunia Pendidikan. Virtual School juga diharapkan untuk hadir pada jangka waktu satu dasawarsa ke depan.

Manfaat-manfaat yang disebutkan di atas sudah dapat menjadi alasan yang kuat untuk menjadikan Internet sebagai infrastruktur bidang pendidikan di Indonesia. Untuk merangkumkan manfaat Internet bagi bidang pendidikan di Indonesia adalah akses-akses :
1. Perpustakaan;
2. Pakar;
3. Kegiatan kuliah dilakukan secara online;
4. Tersedianya layanan informasi akademik suatu institusi pendidikan;
5. Tersedianya fasilitas mesin pencari data;
6. Tersedianya fasilitas diskusi;
7. Tersedianya fasilitas direktori alumni dan sekolah;
8. Tersedianya fasilitas kerjasama;

mengaktifkan Siswa dalam Belajar ( PEMBELAJARAN AKTIF )

Pembelajaran aktif (active learning) tampaknya telah menjadi pilihan utama dalam praktik pendidikan saat ini. Di Indonesia, gerakan pembelajaran aktif ini terasa semakin mengemuka bersamaan dengan upaya mereformasi pendidikan nasional, sekitar akhir tahun 90-an. Gerakan perubahan ini terus berlanjut hingga sekarang dan para guru terus menerus didorong untuk dapat menerapkan konsep pembelajaran aktif dalam setiap praktik pembelajaran siswanya.

Beberapa kalangan berpendapat bahwa inti dari reformasi pendidikan ini justru terletak pada perubahan paradigma pembelajaran dari model pembelajaran pasif ke model pembelajaran aktif.

Merujuk pada pemikiran L. Dee Fink dalam sebuah tulisannya yang berjudul Active Learning, di bawah ini akan diuraikan konsep dasar pembelajaran aktif. Menurut L. Dee Fink, pembelajaran aktif terdiri dari dua komponen utama yaitu: unsur pengalaman (experience), meliputi kegiatan melakukan (doing) dan pengamatan (obeserving) dan dialogue, meliputi dialog dengan diri sendiri (self) dan dialog dengan orang lain (others)
Model Pembelajaran Aktif

Dialog dengan Diri (Dialogue with Self) :

Dialog dengan diri adalah bentuk belajar dimana para siswa melakukan berfikir reflektif mengenai suatu topik. Mereka bertanya pada diri sendiri, apa yang sedang atau harus dipikirkan, apa yang mereka rasakan dari topik yang dipelajarinya. Mereka “memikirkan tentang pemikirannya sendiri, (thinking about my own thinking)”, dalam cakupan pertanyaan yang lebih luas, dan tidak hanya berkaitan dengan aspek kognitif semata.

Dialog dengan orang lain (Dialogue with Others) :

Dalam pembelajaran tradisional, ketika siswa membaca buku teks atau mendengarkan ceramah, pada dasarnya mereka sedang berdialog dengan “mendengarkan” dari orang lain (guru, penulis buku), tetapi sifatnya sangat terbatas karena didalamnya tidak terjadi balikan dan pertukaran pemikiran. L. Dee Fink menyebutnya sebagai “partial dialogue“

Bentuk lain dari dialog yang lebih dinamis adalah dengan membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil (small group), dimana para siswa dapat berdiskusi mengenai topik-topik pelajaran secara intensif. Lebih dari itu., untuk melibatkan siswa ke dalam situasi dialog tertentu, guru dapat mengembangkan cara-cara kreatif, misalnya mengajak siswa untuk berdialog dengan praktisi, ahli, dan sebagainya. baik yang berlangsung di dalam kelas maupun di luar kelas, melalui interaksi langsung atau secara tertulis.

Mengamati (Observing) :

Kegiatan ini terjadi dimana para siswa dapat melihat dan mendengarkan ketika orang lain “melakukan sesuatu (doing something)” , terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya. Misalnya, mengamati guru sedang melakukan sesuatu. Misalnya, guru olah raga yang sedang memperagakan cara menendang bola yang baik, guru komputer yang sedang membelajarkan cara-cara browsing di internet, dan sebagainya,

Selain mengamati peragaan yang ditampilkan gurunya, siswa juga dapat diajak untuk mendengarkan dan melihat dari orang lain, misalnya menyaksikan penampilan bagaimana cara kerja seorang dokter ketika sedang mengobati pasiennya, menyaksikan seorang musisi sedang memperagakan kemahirannya dalam memainkan alat musik gitar, dan sebagainya. Begitu juga siswa dapat diajak untuk mengamati fenomena-fenomena lain, terkait dengan topik yang sedang dipelajari, misalnya fenomena alam, sosial, atau budaya.

Tindakan mengamati dapat dilakukan secara “langsung” atau “tidak langsung.” Pengamatan langsung artinya siswa diajak mengamati kegiatan atau situasi nyata secara langsung. Misalnya, untuk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak langsung mengunjungi bank-bank yang ada di daerahnya. Sedangkan pengamatan tidak langsung, siswa diajak melakukan pengamatan terhadap situasi atau kegiatan melalui simulasi dari situasi nyata, studi kasus atau diajak menonton film (video). Misalnya unruk mempelajari seluk beluk kehidupan di bank, siswa dapat diajak menyaksikan video tentang situasi kehidupan di sebuah bank.

Melakukan (Doing):

Kegiatan ini menunjuk pada proses pembelajaran di mana siswa benar-benar melakukan sesuatu secara nyata. Misalnya, membuat desain bendungan (bidang teknik), mendesain atau melakukan eksperimen (bidang ilmu-ilmu alam dan sosial), menyelidiki sumber-sumber sejarah lokal (sejarah), membuat presentasi lisan, membuat cerpen dan puisi (bidang bahasa) dan sebagainya. Sama halnya dengan mengamati (observing), kegiatan “melakukan” dapat dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung

Terkait dengan upaya mengimplementasikan konsep di atas, L. Dee Fink menyampaikan 3 (tiga) saran, sebagai berikut:

1. Memperluas jenis pengalaman belajar.

*

Buatlah kelompok-kelompok kecil siswa dan meminta mereka membuat keputusan atau menjawab sebuah pertanyaan terfokus secara berkala.
*

Temukan cara agar siswa dapat terlibat dalam berbagai dialog otentik dengan orang lain, di luar teman-teman sekelasnya (di website, melalui email, atau dalam kehidupan nyata).
*

Dorong siswa untuk membuat jurnal pembelajaran atau portofolio belajar. Guru dapat meminta para siswa untuk menuliskan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana mereka belajar, apa peran pengetahuan yang dipelajarinya untuk kehidupan mereka sendiri, bagaimana hal ini membuat mereka merasa, dan sebagainya.
*

Temukan cara untuk membantu siswa agar dapat mengamati sesuatu yang ingin dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.
*

Temukan cara yang memungkinkan siswa untuk benar-benar melakukan sesuatu yang dipelajarinya, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2. Mengambil manfaat dari “Power of Interaction.”

Dari keempat bentuk belajar di atas, masing-masing memiliki nilai tersendiri, tetapi apabila keempat bentuk belajar tersebut (Dialogue with Self, Dialogue with Others, Observing, dan Doing) dikombinasikan secara tepat, maka akan dapat memberikan efek belajar yang lebih kaya kepada para siswa.

Para pendukung Problem-Based Learning menyarankan kepada para guru untuk mengawalinya dengan kegiatan “Doing”, dimana guru terlebih dahulu mengajukan berbagai masalah nyata (real problem) untuk diselesaikan oleh siswanya. Kemudian, siswa diminta untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan rekan-rekan sekelompoknya (Dialogue with Others) untuk menemukan cara-cara terbaik guna memecahkan masalah nyata yang telah diajukan. Setelah para siswa saling berkomunikasi dan berkonsultasi, selanjutnya para siswa akan melakukan berbagai macam bentuk belajar sesuai pilihannya, termasuk didalamnya melakukan Dialogue with Self dan Observing.

3. Membuat dialektika antara pengalaman dan dialog.

Melalui pengalaman (baik melalui doing dan observing) siswa memperoleh perspektif baru tentang apa yang benar (keyakinan) dan apa yang baik (nilai). Sementara melalui dialog dapat membantu siswa untuk mengkonstruksi berbagai makna dan pemahamannya.

Untuk menyempurnakan prinsip interaksi sebagaimana dijelaskan di atas yaitu dengan melakukan dialektika antara kedua komponen tersebut. Dalam hal ini, secara kreatif guru dapat mengkonfigurasi dialektika antara pengalaman baru yang kaya dan mendalam dengan dialog yang bermakna, sehingga pada akhirnya siswa benar-benar dapat memperoleh pengalaman belajar yang signifikan dan bermakna

Sumber: Terjemahan bebas dan adaptasi dari: L. Dee Fink. 1999 - Active Learning

Terjemahan Oleh Akhmad Sudrajat "Akhmad Sudrajat : Let's Talk About Education"